Dini
Agusti Paramanandi. Aku tidak mengenalnya setahun lalu, atau tepatnya sebelum
tanggal 9 Februari 2014, ketika dia pertama kali mengirim sms kepadaku. Mungkin
kamu sudah membaca sebaris kisahnya pada tulisanku sebelumnya, tentang saat dia
pertama kali menghubungiku untuk merekrutku sebagai staff PSDM.
Dini
Agusti Paramanandi. NIM 7072, asisten Kesmavet, Kabir PSDM HSTP 2014. Kalau
kamu nyari ibunya HSTP, maka dialah orangnya.
Judulnya terdengar
alay dan berlebihan memang. Toh aku belum tentu mampu bikin otobiografi. Atau
kalau misal mampu, bukunya tidak akan laku karena pasti tidak menarik buat
orang lain. Tapi itu tidak masalah, karena aku menulis untukku sendiri. Karena
bagiku kisahku selalu menarik untukku sendiri. Adakah kisah yang lebih menarik
dari kisah hidupmu sendiri? Kisah dimana kamu menjadi tokoh utama? Ah, boleh
jadi kamu pengagum kisah Rosulullah s.a.w karena perjuangannya yang luar biasa,
tapi beliau akan tetap jadi orang lain, yang kisah hidupnya tidak akan pernah
kau saksikan langsung dengan kedua matamu. Atau mungkin kamu pengagum Ir.
Soekarno, yang kisahnya dalam memperjuangkan kemerdekaan RI tertulis di
buku-buku sejarah, tapi beliau tetap akan jadi orang lain, yang saat beliau memimpin Indonesia dan berusaha menerapkan
kepemimpinan absolut, tidak bisa kau
ubah jalan hidupnya agar beliau tetap dikenang menjadi Presiden RI yang
terhormat.
Bagaimana
dengan kisah hidupmu sendiri? Berhenti membandingkan hidupmu
dengan orang lain dan bersyukurlah. Kisahmu mungkin biasa saja, tapi kau
mengalami sendiri setiap detik yang dapat mengubah hidupmu itu. Kisahmu mungkin
biasa saja, tapi kau adalah pilot dari kisah itu sendiri, kau bisa mengubah kendalinya
setiap saat. Kisahmu akan selalu luar biasa, pun jika hanya kau sendiri yang
berpendapat begitu.
Begitu
juga dengan kisahku. Aku tidak mengada-ada ketika aku bilang akan menuliskan
tiga bab tentang mbak Dini sebagai bagian dari kisah hidupku. Tidak masalah
ketika orang menganggapnya alay, tidak penting, tidak menarik. Karena bagiku
ini sangat menarik, dan itu sudah cukup.
Di tulisanku sebelumnya, aku masih saja menanyakan pertanyaan yang sama tentang “Mengapa saya?”
Tapi kali ini aku sudah punya jawabannya. Kalau aku adalah Ambo Uleng, maka kamu
adalah Gurutta yang telah menjawab salah satu pertanyaan besar dalam hidupku.
Terima kasih mbak :)
Panjang bgt kek cerpen :p |
Tulisan
ini adalah tentang apa yang aku lihat, pikir dan rasakan. Boleh jadi
kenyataannya berbeda. Atau boleh jadi orang lain melihatnya berbeda. Tapi
inilah yang dirasakan oleh gadis pendiam ini.
Seingatku,
pertama kali aku melihat mbak Dini waktu masih jadi anggota adalah saat mbak Dini
ikut kumpul divisi aquatik untuk mempromosikan Procamp Gamma. Aku baru tahu
setahun lalu kalau mbak adalah ketua Procamp Alfa 2013, yang berarti seharusnya
mbak ada di situ waktu procamp, tapi maap aku bener-bener ga inget wkwkw. Waktu
itu aku dateng telat, padahal biasanya jarang ikut kumpul, dan dateng-dateng
udah disuruh ikut procamp gamma yang bayar. Setelah itu aku tidak ingat kapan
aku bertemu dengannya lagi hahaha.
Bisa
dibilang, semuanya sebenarnya baru dimulai waktu mbak Dini mengajakku bergabung
dengan PSDM. Waktu kumpul pertama PH HSTP mbak Dini tidak ikut, masih belum
balik dari Bengkulu karena pesawatnya delay terus gara-gara bencana Kelud. Dan pas
udah balik, aku sangat ingat ketika bertemu dengan mbak Dini di depan Lab TIK,
aku menyapa dan mbak Dini ga mengenaliku T.T
Sejujurnya,
awal aku menjadi pengurus HSTP aku tidak pernah merasa diterima dengan baik.
Bukan karena teman dan kakak-kakak di situ jahat, tetapi lebih karena aku
merasa mereka masih belum percaya denganku. Aku merasa mereka tidak yakin
denganku yang dulunya hanya anak ga terkenal, ga aktif, cupu banget lah
pokoknya. Satu-satunya orang yang menerimaku dengan baik adalah mbak Dini, yang
juga telah memberikan kesempatan itu untukku. Karena itu aku menulis tulisan
ini di dinding kamarku:
iya aku alay hahaha |
Kau
tahu mbak, selama ini mungkin aku terlalu sibuk mengejarmu. Aku ingin jadi
orang yang baik sepertimu. Aku ingin jadi asisten Kesmavet sepertimu. Aku ingin jadi PSDM sepertimu. Aku ingin menjadi orang yang bisa dipercaya dan
dihormati orang lain sepertimu. Aku ingin menjadi sepertimu. Hingga aku sadari
bahwa aku tidak bisa, karena kita adalah orang yang berbeda. Aku tidak akan bisa
jadi orang sepertimu. Aku mulai memilah-milah mana yang benar-benar keinginanku, dan mana yang hanya ambisi untuk menjadi sepertimu. Sudah saatnya aku menjadi diriku sendiri, mengambil
jalanku sendiri, mengejar mimpi-mimpiku sendiri. Lagipula kau tidak akan senang kan kalau aku melakukannya?
PSDM 2014 |
Kurasa
jika ditanya siapakah salah satu orang yang ambil andil besar dalam hidupku hingga aku
menjadi seperti sekarang, mbak Dini lah jawabannya. Jika saja mbak Dini dulu tidak
memilihku, maka aku mungkin masih sama seperti dulu. Mahasiswa kupu-kupu yang
tak tau arah dan tujuan.
Ah,
mungkin mbak bosan mendengarnya. Tapi aku tidak pernah bosan mengatakannya.
Terima kasih untuk kesempatannya. Terima kasih selalu di sana ketika aku membutuhkan
bantuanmu. Terima kasih selalu memberi solusi dalam setiap masalahku. Terima
kasih untuk bunga Rafflesia-nya. Terima kasih atas jawaban dari pertanyaan
besarku. Terima kasih sudah jadi bagian dari hidupku.
Tulisan
ini memang hanya beberapa paragraf, karena aku hanya mengambil secuil kisah saja.
Susunan kalimatnya juga tidak beraturan dan buruk sekali karena aku masih perlu
banyak belajar. Ini jelas bukan puisi yang indah. Suatu hari, aku janji, aku
akan menuliskan tentangmu dalam 3 bab dari kisah hidupku. Tentang mas Didit,
mbak Rara, mbak Hance, dan Nabila juga. Kisah yang akan membuatku tersenyum
saat aku tua nanti.