Beberapa
bulan lalu, saya iseng ngirim artikel tentang dokter hewan ke Hipwee, yang
aslinya berjudul “11 Alasan Mengapa Calon Dokter Hewan adalah Pasangan yang
Tepat Untukmu” tapi kemudian setelah melalui editing menjadi “12 Alasan Mengapa
Calon Dokter Hewan Bisa Jadi Pacar yang Membanggakan”, dan alhamdulillah
mendapat respon yang cukup positif, dimana artikel tersebut sudah dishare
sekitar lima ribu orang saat terakhir saya cek, sebelum Hipwee mengalami ‘maintenance’
sehingga jumlah share artikel dimulai dari nol lagi.
Dan
saat ini juga sudah banyak tulisan-tulisan tentang veteriner yang ditulis oleh para
kolega dokter hewan, yang artinya sudah banyak orang yang menggunakan tulisan
sebagai media untuk mengenalkan profesi keren ini. Namun sayangnya, tetap saja
masih banyak orang yang memandang sebelah mata. Apalagi di momen lebaran ini
ketika bertemu saudara, saya yakin banyak yang mengalami hal seperti saya
seperti di bawah ini.
A:
Kuliah mana dek?
B:
Kedokteran Hewan hehe..
A:
Oh kedokteran hewan, itu kucing saya disuntik dong hahaha
B:
._.
Atau,
yang paling sering:
A:
Kuliah mana dek?
B:
Kedokteran hewan hehe..
A:
Kedokteran hewan? Kok ga kedokteran manusia aja?
B:
._.
Sejujurnya,
pertanyaan itu wajar-wajar saja. Namun kadang jengkel juga kalau ditanyakan
terus-menerus. Sebenarnya, orang lain anggap profesi kami itu apa? Atau, apakah
menurut orang lain profesi dokter hewan itu ‘lebih rendah’ dibanding dokter
manusia? Apakah mereka tidak tahu kalau dokter hewan berperan di banyak sektor
kehidupan? Ah, saya tidak tahu. Sesungguhnya saya adalah salah satu dari banyak
orang yang gagal masuk ke jurusan Kedokteran Umum, karena saya mungkin memang
tidak cukup pintar dibandingkan pesaing-pesaing saya, tapi saya tidak pernah
menyesal, dan saya bersyukur bisa masuk ke FKH. Lewat tulisan random ini saya
juga tidak bermaksud ‘membela FKH’, saya hanya ingin mengutarakan beberapa
pendapat saya (bebas dong, ini kan tulisan saya), agar orang berhenti
membandingkan kedua profesi tersebut, karena masing-masing punya kelebihan dan
kekurangan sendiri.
Doctor and Vet via 123rf.com |
1. Hanya anak-anak yang luar biasa pintar
yang bisa masuk FK, dan apalah arti FKH yang ‘katanya’ passing gradenya aja
rendah
Ya,
yang ini saya akui, karena saya sendiri sudah merasakan ketatnya persaingan
masuk FK. Saya tidak mau bersuudzon, walau tidak sedikit orang yang bilang masuk
FK bisa ‘lewat jalur belakang’ atau ‘yang penting ada duit’. Saya yakin, mau
lewat jalur manapun, mahasiswa FK pasti orang-orang yang berkompeten di
bidangnya. Saya hanya ingin mengubah mindset bahwa mahasiswa FK itu pasti
pintar, dan mahasiswa FKH pasti tidak lebih pintar dari mahasiswa FK. Banyak
teman-teman saya di FKH yang menurut saya luar biasa brilian. Dan, jangan hanya
melihat dari seleksi masuknya, tapi lihat juga dari prosesnya. Masuk FKH
mungkin memang lebih mudah dari FK, tapi kuliahnya? Hmm who knows, I mean, one
species versus multispecies? Okay okay stop comparing. Saya rasa mau satu
spesies atau multispesies sama-sama tidak mudah. Lagipula apa artinya bangga-banggain
multispesies kalau perbedaan anatomi sapi dengan kuda saja masih sering lupa?
2.
Lulusan FK pasti sukses, lulusan FKH
paling ntar kerjanya nyuntik sapi
Ini
nih yang bikin banyak orang tua ngebet banget masukin anaknya ke FK. Pasti
sukses katanya. Kalau jadi dokter enak, ntar abis lulus buka praktek aja pasti
laku. Pasti banyak duitnya. Hmm iya sih. Hanya saja, sebenernya apa sih arti
sukses itu? Kaya? Memang pasti semua orang pengen liat anaknya sukses dan
hidupnya berkecukupan. Namun sangat disayangkan jika imej profesi dokter dihubungkan
dengan kekayaan. Saya rasa profesi dokter lebih dari sekedar nyari duit. Karena
saya akan lebih terharu mendengar kisah dokter yang bekerja di pedalaman
daripada dokter yang bekerja di rumah sakit terbesar di Indonesia. You know
what I mean, right?
Sedangkan
dokter hewan, kerjanya nyuntik sapi katanya. Iya bener kok gapapa. Sebenernya
saya ga tau sih nyuntik sapi itu maksudnya nyuntik dalam arti yang sesungguhnya
atau maksudnya kawin suntik haha. Tapi toh dua-duanya memang kerjaannya dokter
hewan. Tapi ga bener kalo kerjaan kami cuma nyuntik sapi. Perlu disebutin 33 ranah kerja
dokter hewan menurut OIE?
3.
Dokter mengobati manusia, sedangkan
Veteriner ‘hanya’ mengobati hewan
Saya
tidak masalah dengan pemikiran orang seperti no 1 dan 2, tapi yang ini yang
paling tidak bisa saya terima. Banyak orang yang bilang ke saya, “pinter ya
pilihnya dokter hewan, jadi nanti kalo salah suntik pasiennya mati kan ga
masalah.” Oke, di agama sayapun juga dijelaskan kalau derajat manusia paling
tinggi di antara makhluk lain. Tapi lantas menganggap nyawa makhluk lain dengan
kata ‘hanya’? Oh please, itu tidak manusiawi sekali. Hewan juga makhluk ciptaan
Tuhan, bisa merasakan sakit dan penderitaan. Dan kami dokter hewan menjunjung
tinggi Five Freedom!
4.
Anak-anak FK cakep-cakep, anak FKH
boro-boro kerjaannya aja tiap hari ke kandang
Yang ini no
comment deh haha. Mau dibilang dokter hewan ga cakep juga gua mah kagak peduli.
Masih jaman liat fisik?
Pada
akhirnya, saya nulis ginian juga paling yang baca temen-temen KH doang. Kecil
kemungkinan orang-orang yang masih suka membandingkan kedua profesi tersebut
membacanya, karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang tua yang masih
berpikir secara konvensional, yang mungkin tidak punya waktu untuk baca tulisan
blog atau status di timeline. Saya hanya ingin mengajak kolega saya, jika
kalian mengalami kejadian seperti saya, saya sarankan, senyumin aja. Tidak
perlu repot-repot menjelaskan siapa dirimu. Suatu hari, buktikan kalau kamu
bisa sukses dengan caramu sendiri :)
Tulisan yg menarik, Salut!
coba setiap kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaannya, bertanya pd diri sendiri, apa yg sudah kita lakukan? Apa sudah sesuai dgn perannya...seperti seharusnya?
Dengan begitu, pada akhirnya ada pnghargaan terhadap bidang lain, lahir rasa rendah hati dari setiap kita, dan tentu saja tersembunyi pribadi hebat di balik-apapun profesi dan pkerjaan-nya