Tulisan
ini sebenarnya berhubungan dengan postingan saya sebelumnya mengenai budaya telat orang Indonesia. Curhatan saya itu memang sedikit frontal, kontroversial
dan sarat dengan sarkasme, ya walau sebenarnya ga frontal-frontal amat sih,
tapi mungkin memang cukup mengejutkan kalau saya yang kalem dan halus aslinya
ini berkata demikian di dunia nyata :p
Nah,
sebelumnya saya ceritakan dulu mengapa saya menulis curhatan itu. Jadi
sebenarnya tulisan itu terinspirasi oleh sahabat saya sendiri, yang memang dia
orangnya suka telat kalau diajak janjian atau disuruh datang rapat. Dan saya
sebagai sahabat yang suka ngutang baik hanya berusaha membuatkan sebuah tulisan
kritikan dengan harapan semoga dapat sedikit memperbaiki sifat buruknya itu.
Tapi ternyata saya malah jadi terlarut waktu menulisnya, menjadikan tulisan itu
bersifat subyektif, dan saya terbawa emosi terutama pada obyek tulisan itu
yaitu orang-orang yang suka telat. Hal itu dibuktikan dengan saya menyebut
beberapa kata kasar seperti bodoh dan jijik untuk menggambarkan orang yang suka
telat. Setelah itu saya share tulisan tersebut termasuk pada sahabat saya tanpa
pikir panjang. Sahabat saya tersebut, sebut saja Vita, sebenarnya namanya
memang Vita, menjadi sedikit tersindir karena merasa disebut sebagai orang
bodoh. Saya sadar dan merasa bersalah karena telah tanpa sengaja menyebut teman
saya tersebut bodoh, dan buru-buru minta maaf serta menghapus bagian bodoh pada
postingan tersebut, menggantinya dengan kata yang lebih layak.
Sebuah
sikap yang dewasa yang ditunjukkan oleh Vita, ketika saya tanpa sengaja
merendahkan dia lewat tulisan saya, dia justru memberi senyum dan tetap
bercanda dengan saya setelahnya. Walau sebenarnya hanya via Line dan saya tidak
tahu bagaimana ekspresi dia sebenarnya. Entah dia marah, kecewa, kesal, tapi
dengan dewasa dia tetap bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Untuk itu
sekali lagi saya ucapkan maaf, dan terima kasih.
Vita cantik via https://www.facebook.com/avita.pradika |
Tapi
di sini sebenarnya saya akan melakukan pembelaan. Bukan, bukan berarti saya
tidak tulus meminta maaf pada sahabat saya, tapi saya hanya ingin menjelaskan
maksud saya yang mungkin ditangkap berbeda oleh orang lain yang membacanya.
Saya
menyebut orang yang suka telat itu bodoh. Ya. Jangan lupa ada kata ‘suka’
sebelum kata telat, yang menandakan itu sebuah kebiasaan. Tidak masalah kalau
hanya telat satu atau dua kali dengan alasan yang rasional. Tapi jika konteks
yang kita bahas di sini adalah orang yang suka telat, bisa diartikan bahwa dia
hampir selalu telat. Hal itu menunjukkan bahwa dia orang yang tidak mau
mengubah kebiasaan buruknya, dan hanya orang bodoh yang ketika tahu punya
kelemahan dia tidak berusaha memperbaikinya.
Saya
menyebut orang yang tidak mau berubah itu bodoh. Ya. Tidak mau berubah. Berbeda
dengan sedang berubah, yang artinya dia mau berubah tetapi mungkin sampai
sekarang masih dalam proses sehingga masih sering telat, and I think that’s
good, at least dia mau berubah. Sedangkan tidak mau berubah berarti tidak ada
keinginan, tidak ada kemauan, dan berpikiran dangkal, yang menjadikan kita
orang yang tidak maju-maju, dengan kata lain bodoh.
Untungnya
kali ini saya menulis dengan santai, tidak seperti kemarin karena saya terbawa
emosi, bukan emosi pada Vita lho, tetapi murni emosi pada orang-orang yang suka
telat dan menjadikan itu sebagai trademark buruk orang Indonesia. Makanya kalau
ga pengen dibilang bodoh berubah dong hehehe :p
Lalu,
kalau memang kata bodoh pada tulisan kemarin itu tidak sengaja merendahkan
teman saya, kenapa saya meminta maaf dan menghapusnya? Simpel saja. Because I
value my relationship than my ego.
nuha, aku wingi yo gek entes ono masalah karo konco, haha setuju dengan kata "Simpel saja. Because I value my relationship than my ego."