[Cerpen] Lebih Luas, Lebih Besar, Lebih Dalam

Wednesday, January 14, 2015

“Kau tidak pulang ke Magelang, Pras?” Seorang lelaki muncul dari balik pintu, mengagetkan Pras yang duduk di lincak teras rumah sambil menatap hujan.
“Tidak, mas Asan. Males liburan di rumah, ga ada kerjaan. Di rumah juga cuma ada bapak sama ibuk, ga ada temen main,” jawab Pras.
Mas Asan tertawa. “Kau sedang ngambek sama orang tuamu ya?” selidiknya.
Pras pun menceritakan masalahnya. Hal itu dimulai ketika orang tuanya menanyakan IP-nya semester ini. Dan tanpa dicegah orang tuanya pun membandingkannya dengan kakanya, Mela, yang IP-nya selalu cumlaude. Pras kesal, dan diapun memilih ke rumah mas Asan liburan semester ini, malas pulang ke rumah.
“Memangnya kenapa Pras kalau dibandingin? Kan kakakmu itu memang jenius. Sarjana lulusan terbaik fakultas kedokteran,” mas Asan terkekeh.
“Tapi kan tiap orang beda mas, ga bisa dibandingin. Lagipula aku kan di jurusan teknik. Bapak-ibuk selalu saja lebih sayang sama mbak Mela. Kadang aku penasaran, seberapa sayang sih mereka sama aku?” Pras mendengus sebal.
 “Terlalu lama kuliah di jurusan teknik membuatmu berpikir semua hal dapat diukur dengan angka, Pras,” mas Asan tersenyum, melanjutkan, “kau ini sudah mahasiswa semester akhir, namun perilakumu masih seperti anak kecil saja.”
Pras terdiam, malas menanggapi kalimat mas Asan. Menatap hujan yang tak kunjung reda, padahal dia ingin pergi jalan-jalan bersama temannya.
“Pras, ada hal di dunia ini yang tidak bisa diukur, dinyatakan dengan angka. Tidak bisa kau beri satuan cm, gram, atau liter. Lebih luas dari samudra, lebih besar dari keliling bumi, lebih dalam dari palung terdalam sekalipun. Lebih tinggi dari langit, lebih jauh dari jarak bumi dan matahari. Dan hal itu adalah kasih sayang orang tua.”
“Apanya yang salah dengan dibanding-bandingkan? Memang tidak menyenangkan, namun jadikanlah hal itu motivasi untuk jadi lebih baik lagi. Aku ingat beberapa bulan lalu waktu kau telepon ibumu untuk minta dibelikan hp baru, yang lebih canggih. Dan apa yang kau katakan? Temen-temen sekarang pake android buk, masak aku enggak. Bukankah kau sendiri membandingkan dirimu dengan orang lain? Dengan orang lain yang lebih berada dari keluargamu sebagai alasan untuk meminta. Apa yang orang tuamu lakukan? Sebulan kemudian mereka mengirimu uang supaya kau bisa beli hp baru. Mereka tidak pernah mengeluh, Pras. Sedetikpun tidak.”
Mas Asan terdiam sejenak, mengatur napas. Pras bisa melihat mata mas Asan mulai berkaca-kaca.
“Apa kau pernah membayangkan, betapa sedihnya orang tua ketika melepas anaknya pergi menuntut ilmu di kota orang? Apalagi kau anak bungsu, kakakmu sedang koas di Jakarta, pasti sepi sekali rumahmu. Tapi orang tua tak akan pernah menahan anaknya, mereka ingin anak mereka terbang tinggi meraih cita-citanya meski tidak mudah bagi mereka melepasnya. Tentu mereka tak akan menunjukkan kesedihan itu di depan anaknya. Kau harusnya bersyukur masih punya dua orang tua, Pras. Tapi kau menengok orang tua yang tak kau temui hampir setengah tahun pun enggan.”
Pras tertegun. Ada perasaan bersalah dalam hatinya.
“Sudahlah, tidur Pras. Hujan tidak akan reda sampai pagi,” mas Asan tersenyum, berdiri dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Dan benar, hujan terus mengguyur desa kecil di pinggiran kota itu, membuat setiap orang nyaman sekali tidur di bawah kemul tebal.
***
Pras berlarian panik di lorong rumah sakit, tak peduli beberapa kali hampir menabrak orang di depannya. Dia berhenti di depan sebuah kamar. Di depannya seorang lelaki separuh baya duduk melamun.
“Pak, gimana keadaan ibuk?” tanya Pras sambil terengah-engah.
Lelaki itu terkejut, menatap anak di depannya. “Oh, kau Pras, tidak papa, ibumu cuma kelelahan, dia akan segera sembuh,” jawab lelaki itu sambil tersenyum.
Tadi pagi, ketika Pras terbangun di rumah mas Asan, bapaknya meneleponnya. Memberi tahu ibunya jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Pras yang panik pun langsung berpamitan pada mas Asan untuk pulang ke Magelang.
“Beneran ga papa, Pak?” Pras masih mengatur napas, duduk di sebelah Bapak.
“Kau tidak usah panik begitu, ibumu tidak apa-apa, tak usah terlalu dipikirkan. Pikirkan saja skripsimu, katanya wisuda Februari,” Bapak menggoda Pras.
Pras menganguk, ikut tersenyum, percaya bahwa semua akan baik-baik saja.
***
Pras turun dari bis, menatap lamat-lamat kampung di depannya. Kemudian mulai berjalan menuju rumah yang ada di pojok desa.
Dua bulan lalu akhirnya Pras wisuda. IP-nya tidak cumlaude, dan jelas bukan lulusan terbaik. Pras cukup bangga. Namun hanya bapaknya yang mendampingi. Ya, ibunya telah meninggal seminggu sebelumnya. Beliau terkena stroke. Bapaknya jelas berbohong hari itu agar tidak membuatnya khawatir. Pras masih ingat, saat dia bersama bapak dan kakaknya mengelilingi ibunya di saat terakhir.
“Berhentilah merokok, Pak, tidak baik. Dan kau Mela, carilah calon suami, segeralah menikah, maaf Ibuk tidak bisa menemanimu nanti di hari bahagiamu” kata Ibuk dengan segala kekuatan terakhirnya, membuat Mela tidak tahan dan berlari keluar ruangan untuk menangis. Bapak juga hampir menangis, namun demi menjadi sosok bapak yang tegar, beliau hanya tersenyum sambil memegang tangan Ibuk, menganguk.
“Pras..” panggil Ibuk lirih. Pras mendekat, memegang tangan Ibuk. “Maaf nak, sebenarnya Ibuk tidak ingin meninggalkanmu, Ibuk bahkan belum melihatmu wisuda,” beliau berhenti sejenak, “Jangan suka telat makan. Ibuk tahu kau sibuk dengan skripsimu, tapi tubuhmu juga perlu nutrisi. Kau itu anak pandai, tentu saja, karena kau anak Ibuk.”
Pras masih ingat wajah ibunya saat itu. Dan malam itu adalah malam terakhir dia melihat wajah teduh yang selalu membuatnya merasa tenang itu.
Pras membuka pintu pagar, memasuki halaman rumah dengan pohon mangga di depannya.
“Assalamu’alaikum,” ucapnya saat masuk ke dalam rumah. Lengang. Biasanya Ibuk akan menyambutnya, meski dari dapur atau sedang mencuci, beliau akan berlari ke ruang tamu, menjawab, Wa’alaikum salam, selamat datang di rumah nak, sambil tersenyum. Senyum yang selalu Pras rindukan.
“Wa’alaikum salam, selamat datang di rumah nak,” sebuah suara mengagetkan Pras. Lelaki paruh baya itu muncul dari dalam kamar, tersenyum.
Sejak kepergian ibunya, Pras telah berjanji, dia akan menemani Bapak di rumah. Sambil mencari pekerjaan dia akan membantu Bapak mengurus sawah.
Kau tahu, ada hal di dunia ini yang tidak bisa dinyatakan dengan ukuran. Tidak bisa kau beri satuan cm, gram, atau liter. Lebih luas dari samudra, lebih besar dari keliling bumi, lebih dalam dari palung terdalam sekalipun. Lebih tinggi dari langit, lebih jauh dari jarak bumi dan matahari. Dan hal itu adalah kasih sayang orang tua.
“Iya pak, aku pulang.”
-end-

Cerpen ini pernah diikutkan dalam Audisi Menulis Cerpen dengan tema 'SIZE' dan masuk dalam 25 cerpen terbaik yang dibukukan.

12 Alasan Mengapa Calon Dokter Hewan Bisa Jadi Pacar yang Sangat Membanggakan

Wednesday, January 7, 2015
Dokter hewan? Pasti yang terpikirkan dalam benakmu saat mendengar profesi itu adalah seorang pecinta hewan. Memang betul mereka adalah pecinta dan penyayang hewan, tapi apa yang mereka kerjakan dan lakukan itu lebih dari sekadar mencintai satwa-satwa ciptaan Tuhan. Pamor mahasiswa Kedokteran Hewan memang belum setenar mahasiswa Fakultas Kedokteran lainnya, tapi jangan salah, dia punya peran penting di dalam kehidupan manusia dan juga satwa.
Jadi, bersyukurlah kamu yang punya pacar, gebetan, atau pasangan seorang calon Dokter Hewan. Ada banyak nilai plus yang layak kamu pertimbangkan untuk jadi pasangan hidupmu dari dirinya. Apa saja sih nilai plus dari para calon Dokter Hewan? 12 alasan di bawah ini akan menjawabnya!

1. Fakultas Kedokteran Hewan Termasuk Langka di Indonesia. Mereka yang Kuliah di Sini Adalah Orang-Orang yang Paling Terpilih Dalam Bidangnya

Calon dokter hewan adalah orang-orang terpilih via www.vet.uga.edu
 Tahukah kamu, ada berapa universitas di Indonesia yang punya Fakultas Kedokteran Hewan? Jawabannya adalah, baru sepuluh! Lalu berapa orang yang diterima setiap tahun? Hanya beberapa ratus orang saja. Sudah kebayang ‘kan kenapa mereka disebut sebagai orang-orang terpilih?
Well, memang tidak semua orang ingin masuk ke Kedokteran Hewan, tapi tentu dibandingkan dengan ribuan peminatnya yang meningkat tiap tahun, jelas sekali kalau mereka yang berhasil masuk ke FKH bukanlah orang yang biasa-biasa saja. Apalagi kalau di luar negeri, ternyata masuk Faculty of Veterinary Medicine itu lebih susah dibandingkan masuk Faculty of Medicine.
Bisa dibilang Mahasiswa Fakultas kedokteran itu limited edition, nggak banyak ditemui tapi punya kualitas bagus! Jadi kalau kamu punya pacar anak FKH, kamu nggak mainstream, dan terlebih lagi mereka adalah generasi-generasi muda terpilih yang punya daya bersaing yang hebat. Dia pasti mau bersaing dengan orang-orang lain demi ngedapetin kamu dan juga restu dari orang tuamu!

2. Calon Dokter Hewan Ahli Dalam Melakukan Pendekatan. Mereka Tahu Segala Sesuatu Tidak Bisa Dipaksakan


Sama hewan aja sayang, apalagi kamu? via imakahi.wordpress.com
Nah, kalau yang ini gak usah dipertanyakan lagi. Rata-rata mereka yang masuk ke FKH karena murni keinginan mereka sendiri — bukan terpaksa. Dia juga seorang pecinta hewan, entah itu kucing, anjing, sapi, ular, rubah, dan lain-lain. Bisa jadi rasa cinta dan sayang pada binatang adalah alasan mereka ingin menjadi Dokter Hewan.
Orang-orang yang bisa mencintai hewan mempunyai cinta yang lebih tulus dibandingkan mereka yang tidak. Mereka mau memahami semua perilaku-perilaku hewan yang sama sekali berbeda dengan perilau manusia. Mereka tahu bagaimana cara mendekati hewan-hewan pemalu dan buas tanpa harus memaksa  dan mengubah perilaku hewan-hewan tersebut.
Bagi mereka, untuk bisa mendapatkan perhatian seseorang sama halnya dengan mendapatkan perhatian dari seekor hewan, bukan dengan cara memaksa atau malah berbuat kekerasan, melainkan dengan memberi perhatian dan kasih sayang. Dia tak akan pernah memaksamu untuk bisa pengertian kepadanya, apalagi berbuat kekerasan. Dia nggak cuma berusaha mencintaimu saja, tapi dia juga berusaha untuk membuatmu mencintainya dengan cara yang lembut.
Mereka bisa mencintai dan menyayangi makhluk ciptaan Tuhan dalam segala bentuk, spesies, dan perilaku apapun, tentu lebih mudah bagi mereka untuk mencintai ciptaan-Nya yang sesama manusia, apalagi kepada dia yang ditakdirkan sebagai partner hidupnya.

3. Saat Bersamanya, Kamu Tak Harus Repot Menutupi Kekurangan. Dalam Proses Pendidikannya Dia Sudah Pernah Mengalami Banyak Hal yang Lebih Menggelikan


Dia bukan orang yang takut kotor dan jijikan.. via ugm.ac.id
Pernahkah kamu membayangkan rasanya memasukkan tanganmu ke dalam tubuh sapi melalui rektumnya (bagian dari usus besar)? Anget-anget gimana gitu deh1 Pasti bagi sebagian orang hal tersebut terdengar menjijikkan. Bau, pengen muntah, iyuuhhh deh pokoknya! Awalnya, bagi para mahasiswa FKH hal tersebut juga hal yang sangat menjijikkan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, merekapun berhasil mengatasi rasa jijik mereka.
If I could stomach the awful part of being a veterinarian, which involves sticking your hand up animals’ behinds, I would be a vet.” -Allison Janney-
Nah, gimana dengan punya pasangan calon dokter hewan? Jangan khawatir, karena mereka terlatih menjadi orang yang tidak manja, jadi mereka bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Mereka tidak akan pernah jijik dengan kelakuan-kelakuan pasangannya yang jorok.
Dia tak akan langsung ilfil padamu jika dia tahu kalau ternyata kamu tukang kentut, sendawa, atau ngupil sembarangan. Dia pasti bisa menerima semua kekurangan dan kelebihanmu dengan tangan terbuka.
:)

4. Bagi Seorang Pecinta Hewan, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Amat Layak Dipacari. Mereka Tahu Bagaimana Harus Memperlakukan Hewan Dengan Manusiawi


Dia sayang sama hewan peliharaanmu via m.unsyiah.ac.id
Perkuliahan yang dijalani oleh mahasiswa Kedokteran Hewan selalu berhubungan dengan berbagai satwa. Dia sudah pasti punya ilmu yang bagus mengenai berbagai spesies hewan. Nggak hanya penyuka hewan, tapi juga ahli merawat dan menjaga kesehatan hewan. Kalau kamu juga seorang penyayang binatang, tentu dia adalah orang yang paling kamu butuhkan di dunia ini. Dia bakalan sayang dan perhatian dengan hewan peliharaanmu. Dia tahu bagaimana cara merawat dan menjaga kesehatan peliharaan kesayanganmu. 
Kamu: Sayang.. gimana nih, Bebi (kelinci) dari kemarin kok lemes ya badannya? Pup nya juga cair gitu. Nafsu makannya turun banget.
Pacar: Sini aku periksa dulu si bebi. Kalau sampai mencret gitu berarti ada masalah sama pencernaannya. Bebi kemarin makan apa?  
Kamu: Aku iseng kasih biskuit oreo kemarin,,  
Pacar: Yaaelah.. pantes aja dia sakit! Itu kan bukan makanan kelinci sayang… Kasian si bebinya tau!  
Kamu: Ya maaf.. kan nggak tau..  
Pacar: yaudah, kita aku beliin obat sama vitaminnya dulu deh biar nggak makin parah
Tuh, kan? Untung saja dia tahu gimana cara nanganin hewan-hewan yang lagi sakit. Kamu nggak perlu khawatir lagi kalau punya pacar anak Kedokteran Hewan. Dia bakal sayang, merawat, dan perhatian sama hewan peliharaanmu. Dia tahu bagaimana memperlakukan hewan dengan cara yang manusiawi..

4. Mahasiswa Kedokteran Hewan Itu Pemberani. Mereka Selalu Bisa Mengalahkan Rasa Takut Mereka Sendiri


Berani melawan rasa takut mereka sendiri via candidafkhub.blogspot.com
Selain rasa jijik, mereka juga belajar mengatasi rasa takut terhadap berbagai macam hewan. Walaupun kamu seorang pecinta kucing, bukan berarti kamu berani pada anjing, ular, atau monyet ‘kan? Dalam kesehariannya, mereka selalu dihadapkan dengan tantangan-tantangan baru yang mengharuskan mereka untuk mengalahkan rasa ketakutan mereka sendiri.
Mereka harus berani berhadapan dengan hewan-hewan yang terkadang perilakunya bisa berubah buas seketika. Mereka harus berani mengalahkan rasa takut mereka terhadap hewan yang nggak mereka suka. Bukan hanya sekadar mengalahkan rasa takut lho! Mereka juga harus bisa membuat hewan-hewan yang akan mereka tangani jinak dan patuh kepadanya.
Sama hewan buas aja dia berani dan tahu gimana cara menanganinya. Dia nggak hanya berani karena otot saja, tapi mereka berani karena mereka memahami lawannya. Dia bisa kamu andalkan di berbagai situasi yang genting. Saat kamu ajak dia berkenalan dengan keluargamu, atau bahkan kamu tantang untuk berkomitmen denganmu ke jenjang yang lebih serius, tentu dia akan dengan sangat berani menerima tantanganmu!

5. Kepekaan Mereka pun Teruji. Memeriksa Pasien yang Tak Bisa Menjelaskan Keluhannya Mendidik Mereka Jadi Pembaca Tanda Tingkat Dewa


Terbiasa membaca gerak-gerik hewan membuat dokter hewan peka via candidafkhub.blogspot.com
Salah satu kelebihan seorang calon dokter hewan adalah tingkat kepekaan mereka. Coba kita bandingkan 2 skenario berikut:

Skenario 1: Dokter Umum

Dokter   : “Selamat siang, ada keluhan apa?”
Pasien    : “Siang dok. Sudah seminggu ini saya pusing, mual-mual rasanya.”
Dokter   : “Apakah sebelumnya anda sudah memeriksakan ke dokter?”
Dan blablabla dokter melakukan anamnesa terhadap pasiennya.

Skenario 2: Dokter Hewan

Dokter   : “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?”
Klien      : “Kucing saya sakit dok, tidak mau makan.”
Dokter   : “Baik coba saya periksa dulu.”
Pasien    : “Meong, meong..”
Dokter   : “Hmm..”
Pasien    : “Meooonngg..”
Dokter   : “Hmm..”
Klien      : “Dokter ngerti kucing saya ngomong apa?”
Dokter   : “Enggak lah yaw, saya mana ngerti bahasa kucing. Saya kan peka, cewek saya juga sukanya kode-kodean sih..”
Klien      : ??? *lhaaahh… dokternya malah curhat.

Udah kelihatan ‘kan istimewanya Dokter Hewan? Pasien mereka itu makhluk yang tidak bisa menjelaskan mana yang sakit dan bagaimana keluhan sakitnya. Jadi seorang dokter hewan harus bisa membaca kode-kode hewan-hewan yang jadi pasien mereka. Dan itulah yang membuat mereka jadi lebih peka dari manusia kebanyakan.
Kamu nggak usah takut dia nggak bisa ngertiin apa mau kamu. Tanpa harus kamu minta untuk pengertian dan perhatian, dia akan ngertiin kamu dan memperlakukanmu penuh perhatian. Walaupun dia terbiasa menangani hewan, dia nggak pernah lupa cara memanusiakan manusia, lho!

6. Di Tengah Padatnya Jadwal, Merelakan Waktu Untuk Bertemu Denganmu Adalah Sebuah Bentuk Kompromi. Kebersamaan Kalian pun Pasti Memiliki Kualitas Tinggi


Dia menghargai waktu kebersamaan bersama pasangan via mergoandhinimakmur.blogspot.com
Seperti mahasiswa pada umumnya, jadwal padat juga berlaku untuk mahasiswa FKH. Pagi-siang kuliah, sore praktikum, malam ngerjain laporan adalah rutinitas setiap hari. Apalagi kalau inhal praktikum dan harus ngulang praktikum di hari lain. Udah gitu weekend pun dipakai untuk acara kepanitiaan. Trus kapan istirahatnya?
Adek ga kuat, bunuh saja adek di rawa-rawa bang..
Karena itulah, buat kamu yang punya pasangan seorang calon dokter hewan, maklumilah kalau dia sibuk sehingga kalian jarang ketemu dan tidak punya banyak waktu untukmu. Tapi yang penting, ketika akhirnya dia punya waktu dan kalian bisa bertemu, dijamin bakal quality time banget deh!
Dia sudah terlalu jenuh dengan tugas-tugas dan praktikum yang nggak jauh-jauh dari bermacam-macam satwa. Saat ada jadwal untuk jalan bareng pasangannya, dia nggak bakal menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Waktu jalan bareng pacar adalah waktunya untuk ‘get alive‘ sebagaimana manusia-manusia lainnya.

7. Anak Kedokteran Hewan Adalah Pribadi yang Konsisten dengan Pilihannya. Mereka Tahu Apa yang Dimau dan Tak Keberatan Banting Tulang Demi Mendapatkannya


Doctors logic via 9gag.com
Kurang lebih begitulah gambaran beban hidup mereka para calon dokter hewan. Lama kuliah di kedokteran umum, kedokteran gigi, dan kedokteran hewan sama-sama 5 tahun, tapi berbeda dengan dokter umum dan dokter gigi yang hanya mengangani 1 spesies yaitu manusia, mahasiswa Kedokteran Hewan dituntut untuk belajar berbagai macam spesies hewan yang ada di muka bumi ini.
Kebayang ‘kan puyengnya? Mereka para calon dokter hewan mengetahui risiko itu sejak pertama kali melangkahkan kakinya ke pintu masuk FKH, tapi mereka tetap maju. Oleh karena itu, bersyukurlah jika kamu punya pasangan calon dokter hewan, karena mereka adalah orang-orang berani, yang tak pernah takut menghadapi tantangan yang menghadang di depan mereka.
Saat dia tahu risiko dan kesulitan-kesulitan yang harus dijalani, mereka tidak mundur teratur. Dia siap menghadapi apa yang sudah menjadi pilihannya. Dia yakin dengan pilihannya dan mau menanggung semua risikonya. Saat dia menjatuhkan pilihannya padamu, dia berarti tidak sedang main-main. Dia memilihmu karena dia tahu bahwa kamulah yang dia mau dan butuhkan. Walau harus banting tulang dan bersusah payah dahulu, dia akan terus berjuang demi pilihannya.

8. Dia Tidak Menghafal Bagaimana Sifat dan Tingkah Lakumu, Tapi Dia Lebih Memilih Untuk Berusaha Memahamimu


Belajar memahami, bukan menghafalkan via krjogja.com
Karena beban multispesies yang dimiliki para calon dokter hewan, maka merekapun berevolusi menjadi makhluk yang memahami, bukan menghafalkan. Ya kali mau ngafalin semua anatomi, fisiologi, blablabla tiap spesies, mending keluar aja deh jadi sales MLM.
Maka dari itu, daripada sekadar menghafal, mereka lebih memilih untuk memahami dari setiap hal yang mereka lihat dan pelajari.
Begitu juga perlakuannya padamu. Dia nggak akan menghafalkan perilaku dan sifat-sifatmu, tapi dia akan memahami dan mengerti semua hal yang ada pada dirimu. Jika kamu dan dia berselisih paham, dia juga tak akan berbelit-belit mempermasalahkan apa yang terjadi, tapi dia lebih memilih untuk memahami bagaimana situasi dan kondisinya, mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana solusi terbaiknya.
Dengan dia, hubunganmu akan terhindar dari yang namanya drama yang bertele-tele, karena dia gak akan pernah mempermasalahkan sesuatu yang nggak penting dalam hidupnya.

9. Banyaknya Materi Kuliah Secara Tak Sadar Membuatnya Dengan Mudah “Melupakan Masa Lalu.” Kesalahanmu yang Dulu Tak Akan Ribut Diungkitnya, Dia Lebih Memilih Melepaskannya


Mudah tuk move on via candidafkhub.blogspot.com
Masih berhubungan dengan beban multispesies seorang calon Dokter Hewan. Karena mereka jago memilah informasi penting, maka mereka juga jago melupakan informasi yang menurutnya kurang penting. Kuliah semester 1 mah lewat kalau udah masuk semester baru, lupakan, waktunya move on ke semester 2. Dengan begitu, kamu tidak perlu khawatir kalau punya pasangan yang mantannya banyak, karena dia kemungkinan besar sudah lupa kok. Ngapain mikirin yang lalu, mikirin yang sekarang aja udah pusing maaakk… hehehehe

Skenario mahasiswa FKH yang sedang belajar

Semester 1

A: “Sebutkan saluran pencernaan kuda dari depan ke belakang!”
B: “Oke. Rongga mulut, pharyng, esophagus, ventriculus, duodenum, jejunum, ileum, sekum, kolon, rektum, anus…”
A: “Good!”’

Semester 2

A: “Coba, masih ingat ga, saluran pencernaan kuda?”
B: “Emm.. Aku tau, rongga mulut, pharyng, esophagus, rumen, reti-“
A: “Hei, kuda kan lambung tunggal, kok ada rumen?”
B: “Oh iya, ulang ya, rongga mulut, pharyng, laryng, trachea..”
A: “Itu kan saluran pernapasan????”
B: “Oh iya, ulang lagi, rongga mulut, testis, epididimis, vas de-“
A: “Loncat aja ke jurang sana!”

10. Tak Sebandingnya Materi Kuliah dan Waktu Belajar Membuat Mereka Harus Mandiri. Memacari Mahasiswa FKH Berarti Mendampingi Dia yang Kuat dan Tidak Manja


Mandiri dan nggak manja via gembiralokazoo.com
Terkadang banyaknya materi yang harus dipelajari seorang calon dokter hewan tak sebanding dengan jam kuliah yang diberikan oleh dosen. Hal tersebut melatih mereka untuk menjadi pembelajar mandiri, mencari informasi yang mungkin tidak didapat saat kuliah, dari internet ataupun literatur.
Selain itu dapat juga belajar dari ukm atau kelompok studi di kampus, dan juga magang di instasi, peternakan, ataupun di klinik. Mereka pun terbiasa belajar segala hal secara mandiri, tidak bergantung pada orang lain lagi. Dia tak hanya berpangku tangan menunggu disuapi pelajaran oleh dosen, tapi mereka mencari sendiri ilmu yang harus mereka lahap.
Jadi kamu tidak perlu bimbang menentukan pilihan pada mereka. Dia mandiri dan selalu punya inisiatif demi kemajuan hidupnya. Nggak perlu khawatir kisah cintamu akan datar-datar saja, karena dia akan mencari cara untuk bisa membuat hubungan kalian lebih bernilai. Jangan takut dia manja atau lembek, karena tidak ada dokter hewan yang manja.


11. Walau Profesinya Masih Sering Disepelekan, Para Dokter Hewan Tetap Bekerja Dengan Penuh Dedikasi. Kalau Sudah Begini, Tak Layakkah Mereka Dicintai?


Dokter hewan adalah pekerja sabar dan rendah hati via 4.bp.blogspot.com
Pernah denger Dinas Peternakan? Atau mungkin Menteri Kesehatan? Kalau yang ada kata Kedokteran Hewannya apa pernah? Paling banter juga Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan). Mungkin perlu pembaca tahu, sampai saat ini dokter hewan belum punya otoritas veteriner di pemerintahan. Karena memang profesi ini masih sering dipandang sebelah mata oleh pemerintah maupun masyarakat.

Skenario 1

A: “Sekarang kuliah dimana mas?”
B: “Di kedokteran umum tante, hehe”
A: “Waahhh, pasti kamu pinter banget ya. Masih jomblo? Besok nikah sama anak saya aja ya, saya siap jadi mertua kamu.”

Skenario 2

A: “Sekarang kuliah dimana mas?”
B: “Di kedokteran hewan tente..”
A: “Ohh, nyuntik-nyuntik sapi ya berarti? Besok sapi saya juga disuntik ya..”
B: (kok gak dijodohin aja sih sama anaknya? lagian elu kan gak punya sapi? huft!)

Percakapan di atas sudah sering sekali didengar oleh mereka para calon dokter hewan. Seharusnya orang-orang menyadari, sesungguhnya  para dokter hewan sangat berjasa dalam tiap sisi kehidupan masyarakat.
Daging yang kamu makan misalnya, tanpa dokter hewan yang mengawasi peredarannya, sangat mungkin terjadi penyakit yang dapat menular ke manusia. Bahkan kedokteran umum pun juga memerlukan ilmu kedokteran hewan sebagai kedokteran pembanding. Meskipun begitu, para Dokter Hewan tak pernah sekalipun menyombongkan jasanya. Mereka tetap sabar dan rendah hati, ikhlas dan sepenuh hati bekerja walaupun seringkali dipandang sebelah mata.
Dia tak akan pernah memamerkan kelebihan-kelebihannya padamu. Dia tak akan pernah pamrih kepadamu atas jasa dan kebaikan yang dia lakukan untukmu. Dia sudah terbiasa dipandang sebelah mata dan disepelekan. Karena itulah dia tidak ingin hal yang sama terjadi pada orang-orang yang dia sayang. Dia nggak akan menyepelekan hal-hal kecil yang sudah dilakukan oleh orang-orang penting dalam hidupnya.

12. Dengan Segala Kelebihan dan Kekurangannya, Mereka yang Kelak Mendapat Titel ‘drh.’ Adalah Orang yang Layak Kamu Perjuangkan


Calon dokter hewan cantik (dokumen pribadi) via hipwee.com
Calon dokter hewan adalah orang-orang yang selalu berjuang. Dari sejak masuk kuliah sampai mendapat titel ‘drh.’ bukanlah hal yang mudah. Mereka adalah orang-orang berani, tak kenal rasa jijik, ulet, telaten, penyabar, peka, namun tak sombong. Mereka memiliki kepribadian lengkap yang patut untuk kamu banggakan sebagai seorang pendampingmu.
Mungkin profesi dokter hewan tak akan sekeren dokter umum atau dokter gigi, tapi jangan pernah lupa bahwa mereka adalah orang-orang terpilih. Suatu hari, ketika mereka menemukan orang yang berharga dalam hidupnya, mereka tidak akan pernah segan untuk memperjuangkannya. Oleh karena itu, sangat tepat bagimu untuk memperjuangkan orang yang mau berjuang demi kamu.

Mungkin banyak orang yang belum tahu istimewanya mereka calon dokter hewan. Setelah kamu membaca artikel ini, jika pasanganmu adalah seorang calon dokter hewan, cobalah katakan “kamu itu istimewa” padanya. Jika dia gebetanmu, tak perlu menunggu lagi, cepat resmikan hubungan kalian. Atau jika kamu masih single dan mulai tertarik pada calon dokter hewan, main-mainlah ke fakultas mereka. Ya kali aja kan jodoh… hehehehe

Artikel ini pernah dimuat di Hipwee dan alhamdulillah sudah dishare oleh 4000+ orang :)