Procamp Alpha, Sebuah Kisah yang Memulai Sejuta Kisah Lainnya

Saturday, April 18, 2015

Lagi-lagi, tentang HSTP. Sebuah UKM yang lebih dari sekedar organisasi. Sebuah keluarga, teman, sahabat. Dan kali ini tentang Procamp Alpha, sebuah kisah yang memulai sejuta kisah lainnya...
Seminggu yang lalu aku baru saja mengikuti Procamp Alpha untuk yang ketiga lainnya. Dan beberapa hari yang lalu, untuk pertama kalinya aku mengikuti evaluasi proker yang paling lama. Dan entah mengapa, malam ini aku rindu dengan Procamp Alpha satu tahun lalu. Basi dan terkesan berlebihan memang. Tapi tidak untukku, karena itu adalah titik start dari salah satu perjalanan besarku.
Procamp Alpha 2014!
Procamp Alpha 2014. Untuk pertama kalinya aku menjadi ketua panitia. Memimpin puluhan orang yang sebenarnya aku sendiri belum akrab. Belajar bahwa sebuah tim itu memerlukan kerja sama, bukan satu dua orang saja yang bekerja. Bahwa seorang ketua tidak bisa menanggung beban itu sendiri. Bagiku itu adalah pengalaman luar biasa yang tidak akan pernah kulupakan.
Aku masih ingat ketika aku memilih koor procamp, yang sebenarnya sebagian besar kupilih berdasarkan popularitas mereka. Aku masih ingat ketika harus melobi mereka. Aku ingat hanya Nendis yang langsung berkata oke. Aku ingat mereka semua keberatan, dan aku terpaksa berbohong bahwa nama mereka sudah di-acc mas Hanif tanpa bisa diubah lagi. Aku ingat saat survey, ketika aku dan teman-teman 2012 menemukan Kelor. Aku ingat ketika meminta pendapat tentang Kelor pada kakak PSDM dan mereka mengalihkan pembicaraan. Aku ingat saat kami memperjuangkan Kelor dengan dana yang pas-pasan.
Aku ingat ketika harus menerapkan sistem denda karena kekurangan dana. Aku ingat saat harus ngutang uang kas lima ratus ribu rupiah. Aku ingat saat aku begitu benci pada seorang ‘hamba Allah’ yang menyumbangkan dana tanpa mau disebutkan namanya, dan tidak pernah kutahu siapa dia hingga saat ini. Entah mengapa, setelah mengikuti evaluasi kemarin aku menyadari bahwa procampku sangat jauh dari sempurna. Dan aku sadar, mungkin aku adalah ketua Procamp paling gagal.
Tapi, ada banyak hal yang aku syukuri. Memimpin procamp alpha adalah memimpin HSTP ketika masih benar-benar utuh. Aku belajar mempercayai teman-teman yang luar biasa, yang tetap mendukung seorang ketua bodoh ini sampai akhir. Dan bagiku kisahku di HSTP bukan dimulai saat aku jadi anggota. Bukan juga ketika upgrade pengurus HSTP I. Tapi ketika Procamp Alpha 2014.
Aku ingat saat evaluasi kemarin, seseorang berkata bahwa mereka merasa terbebani ketika mengurus procamp tahun ini. Ah, bukankah beban itu muncul ketika kamu tidak mencintai hal yang kau lakukan itu? Kau tahu, aku tidak pernah merasa terbebani ketika menyangkut semua yang berhubungan dengan HSTP. Ketika jadi ketua Procamp Alpha, ketika jadi sie humas ACPTLI, ketika jadi sie acara Procamp Beta, ketika jadi sie perkap FAT. Bahkan ketika jadi sie acara workshop, walau awalnya aku keberatan karena aku ragu dengan kemampuanku, aku tidak pernah menjadikannya beban. Aku mencintai HSTP. Aku selalu tulus dan ingin melakukan yang terbaik demi HSTP.
Tim Mendoaners
Mungkin banyak yang menganggap aku Kabir PSDM yang tidak bertanggung jawab di Procamp Alpha 2015 kemarin. Aku tahu aku hanya datang ragen satu kali dan sebagai sie acara pun aku tidak banyak membantu. Yah, aku akui itu. Tapi mungkin banyak yang tidak tahu. Aku selalu merasa berdosa ketika aku gagal mendampingi Ika selaku ketua procamp tahun ini.  Mungkin mereka tidak tahu setiap hari sahabatku menjadi pelampiasanku. Bahwa aku kecewa dengan diriku sendiri. Bahwa aku kecewa karena gagal menjaga komitmenku. Bahwa aku tidak akan pernah bisa menggantikan mbak Dini.
PSDM HSTP 2015
Hei, tiba-tiba aku rindu dengan pengurus HSTP 2014. Kalian apa kabar kakak-kakak PSDM? Apa kabar mas Hanif dan mas Abi? Kalian tahu, HSTP tahun ini tidak kalah menyenangkan. Tapi tetap aku tidak akan melupakan setahun bersama kalian. Ah, seperti puisiku untuk kalian. Kita mungkin tidak lagi bersama, kita mungkin memperjuangkan cita dengan cara yang berbeda, tapi kita masih memandang langit yang sama, dan bertahan pada sebuah ikatan keluarga, yaitu HSTP.
Hai mas Hanif, kapan pendadaran?

Hai mas Abi, jangan nakal ya, jangan suka bully anak orang.

Hai mas Pilar, entah mengapa tetap aja kangen dibully sama kamu dan mas Abi.

Hai mbak Nisa, selamat ya yang abis pendadaran!

Hai mbak Ratih yang tidak bermasalah dengan jarak, jangan khawatir penerusmu tahun ini luar biasa mbak kalau masalah duit.

Hai mbak Lulu, mantan kadiv aquatik akuh :*

Dan hai, mbak Dini, yang selalu luar biasa di mataku :)

Serta semua kakak-kakak pengurus angkatan 2011, jangan lupain HSTP ya..

Aku tahu tulisan ini random sekali. Dari procamp alpha hingga ke kakak pengurus HSTP. Yah, karena seperti inilah Nuha. Aku tak pernah sanggup menyampaikan segala sesuatu dengan lisan. Sebagai gantinya kutuangkan dalam bentuk tulisan. Aku selalu banyak berpikir, tapi tidak bisa mengungkapkannya. Aku hanya ingin seluruh dunia tahu, bahwa aku selalu bersyukur Tuhan memberiku kesempatan mengenal HSTP.
Pengurus HSTP 2015!
Tahun depan, aku sudah tidak akan mengurusi Procamp Alpha lagi. Mungkin aku akan datang sebagai alumni. Entah mengapa aku sedih memikirkannya. Masih lama memang. Tapi bukankah ketika melakukan hal yang menyenangkan waktu biasanya berlalu dengan cepat? Begitu juga dengan HSTP. Karena HSTP menyenangkan.

Untuk Bapak Ibukku, yang Namanya selalu Kusebut di Penghujung Sujudku

Friday, April 3, 2015

Keluarga itu tempat dimana aku merasa nyaman, terlindungi, dan menjadi salah satu bagian penting darinya (Avita, 2015).
Keluarga adalah rumah, dimana aku selalu merasa terlindungi, hangat dan nyaman (Safitri, 2015).
Family is where we are belongs to.. where we can find the answer of every problems that happen in our life.. where we can share every little thing, every moments, all the happiness, the sadness, and anything.. If we try to replace our family with other family, we could never find the correct one like our family (Ira, 2015).
Keluarga adalah tempat dimana kita merasa nyaman dan merasa tak ada beban apapun (Dede, 2015).
 
Foto keluarga dadakan demi PPSMB

Beberapa hari yang lalu, aku banyak sekali belajar dari orang-orang di sekitarku. Sungguh moment yang pas sekali, ketika kemarin aku mengeluh dengan keadaanku, kini aku bisa mengingat dengan jelas untuk siapa aku berjuang. Untuk keluargaku. Untuk Bapak Ibukku.
Keluargaku bukanlah keluarga kaya. Tapi aku juga tidak pernah merasa kurang mampu. Lebih tepatnya keluargaku adalah keluarga yang sederhana, dan hal itu adalah satu hal yang sangat kusyukuri saat ini. Karena jika kau berasal dari keluarga sederhana, maka kamu tidak akan bisa menyombongkan hartamu. Tapi kamu bisa melihat orang-orang yang lebih darimu sebagai motivasi, dan orang-orang di bawahmu agar kamu senantiasa bersyukur.
Best fam is the best

Sebelumnya, ijinkan aku bercerita sedikit tentang diriku...
Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Bisa dibilang, aku adalah harapan dari kedua orang tuaku. Aku selalu berpikir untuk melakukan yang terbaik agar bisa dibanggakan oleh kedua orang tuaku. Dan hidupku cukup berjalan mulus ketika aku masih duduk di sekolah dasar, dimana aku selalu dapat rangking paling tidak sepuluh besar, dan puncaknya ketika nilai UN-ku menjadi yang terbaik se-kecamatan.
Sayangnya, aku kurang berkembang saat SMP. Aku memang masih bertahan dengan rangkingku, namun entah mengapa aku merasa prestasiku hanya di situ-situ saja, dan sampai akhir pun, hanya nilai 10 di UN matematika ku yang cukup membanggakan kedua orang tuaku.
Begitu juga di SMA, aku masih menjadi orang study-oriented yang mengejar rangking, demi membanggakan kedua orang tuaku. Dan bahkan prestasiku lebih baik, aku selalu masuk tiga besar di kelas. Nilai rata-rataku yang diajukan untuk mengikuti seleksi SNMPTN Undangan adalah no 3 terbaik di sekolahku. Namun ternyata dari situlah semua perhitungan mulusku meleset satu demi satu.
Dengan salah satu nilai terbaik di sekolahku, aku dengan penuh percaya diri memilih jurusan terbaik di salah satu universitas terbaik di Indonesia pula, FKUI. Memang banyak yang berpikir mimpiku ketinggian, tapi aku tidak pernah peduli. Menjadi dokter adalah impian kedua orang tuaku, yang telah melebur jadi mimpiku juga, dan orang tuaku pasti akan sangat bangga jika aku bisa memakai jaket kuning dengan emblem hijau itu. Tapi ternyata Tuhan memang berkata lain, mimpiku memang ketinggian. Dan satu mimpi gagal.
Lupakan sejenak SNMPTN. Aku fokus persiapan UN. Aku masih pede aku akan jadi salah satu lulusan terbaik. Minimal no 3 ga papalah, seperti nilai rata-rata raporku selama 3 semester terakhir. Namaku harus dipanggil waktu acara perpisahan, agar orang tuaku bisa bangga padaku. Sayangnya, lagi-lagi aku gagal. Nilaiku selisih nol koma sekian dengan temanku yang menjadi 3 besar lulusan terbaik. Lagi-lagi, satu mimpiku gagal.
Baiklah, tidak apa-apa. Masih ada SNMPTN tulis. Setidaknya aku masih bisa jadi dokter, masih ada kesempatan. Aku memang tidak pernah mengikuti les-les atau kursus apapun, karena aku tidak mau merepotkan orang tuaku. Aku lebih memilih belajar sendiri, mendownload soal-soal dari internet, mencari sumber-sumber bacaan gratis. Dan aku pun memilih FK UGM di pilihan pertama dan FKH UGM di pilihan kedua. Sayangnya, jalanku memang bukan jadi dokter umum, karena aku diterima di pilihan kedua, yaitu FKH UGM.
Saat itu adalah salah satu titik terendah yang aku rasakan. Aku gagal menjadi dokter, sebuah profesi prestigious yang aku impikan. Sebuah mimpi yang jika terkabul, pasti akan membuat kedua orang tuaku tersenyum lebar kepadaku. Salah satu hal yang tidak akan pernah kulupakan dan selalu membuatku tersenyum jika mengingatnya.
Aku tidak menyesal masuk di FKH UGM. Aku bertemu Dede, Avita, Fifi, dan Ira di sini. Aku bertemu PSDM dan HSTP di sini. Aku bertemu Kesmavet di sini. Aku banyak bertemu orang-orang luar biasa di sini. Lihatlah Pak, Buk, mungkin memang di sinilah jalanku. Anakmu ini bisa berkembang di sini, yang mungkin tidak akan terjadi seandainya aku masuk di Fakultas Kedokteran. Aku janji, suatu hari aku pasti tetap bisa membuat kalian tersenyum padaku walaupun tidak sebagai seorang dokter umum.
 
Suatu hari aku akan membuat kalian bangga :)
Aku sering menyusahkan kedua orang tuaku. Seperti satu tahun lalu, ketika aku menghilangkan sepeda motor di kampus. Aku masih ingat sekali ketika aku pulang ke rumah dengan tatapan kosong karena tidak mampu bicara apa-apa. Aku siap dimarahi. Toh, kata orang marah orang tua itu karena sayang kan? Tapi ternyata tidak, kalian tidak memarahiku. Kalian berikan nasihat-nasihat terbaik untukku. Mungkin itu adalah salah satu hal terbaik yang kalian miliki. Kalian jarang marah, kalian selalu berusaha mendidik kami, anak-anakmu, dengan cara yang lembut. Dan mungkin karena itulah, kami bisa menjadi anak-anak yang sangat penurut.
Wanita-wanita tangguh
Hei Pak, Buk, aku tahu kalian hanyalah petani lulusan SMA. Aku ingat dulu aku malu jika harus bercerita tentang kalian. Sungguh aku merasa berdosa jika mengingatnya. Seharusnya aku selalu ingat, dengan keterbatasan kalian selalu berjuang agar kami anak-anakmu bisa jadi orang yang lebih baik dari kalian. Seharusnya aku selalu ingat, kalian tidak pernah mengeluh membiayai kuliah, kost, dan uang saku bulananku. Seharusnya aku selalu ingat, bahwa aku ingin berjuang demi kalian yang memperjuangkanku...
Ah, mungkin uang sakuku tidak sebanyak teman-temanku. Mungkin kost-anku tidak semewah teman-temanku. Tapi justru karena itulah aku jadi bisa belajar lebih mandiri. Mungkin aku memang belum bisa membayar uang kuliahku sendiri, tapi aku sudah sedikit mampu membeli barang-barang kebutuhanku dengan uang beasiswaku. Mungkin IPK-ku jauh dari sempurna, tapi setidaknya itu adalah hasil perjuanganku sendiri. Mungkin aku memang anak petani sederhana di sebuah kampung di Magelang, tapi aku akan menunjukkan bahwa aku bisa kuliah di UGM dengan prestasi yang cukup baik. Karena aku sudah berjanji, bahwa aku tidak ingin mengecewakan kalian lagi.
Bapak, Pras, Nuha, Ibu
Malam ini aku sangat bersyukur. Keluargaku adalah tempat yang hangat dan nyaman, yang selalu kurindukan suasananya. Keluargaku adalah keluarga sederhana, yang selalu punya waktu untuk berkumpul bersama. Keluargaku adalah salah satu hal terbaik yang hadir dalam hidupku.
Aku tidak pernah bisa memilih terlahir dari rahim siapa. Aku tidak bisa memilih orang tuaku siapa. Tapi malam ini aku menyadari, bahwa keluargaku adalah keluarga yang sempurna untuk Nuha Fairusya.
Aku telah mendengar banyak kisah keluarga dari teman-temanku, dari yang memilukan hingga yang membahagiakan. Aku tidak akan menceritakan kisah mereka, karena aku tidak punya hak untuk itu. Yang kutahu, ada bermacam-macam definisi keluarga di dunia ini, yang mempunyai kisah yang berbeda-beda. Setiap keluarga mempunyai alurnya sendiri-sendiri, yang selalu bisa membuat kita banyak belajar darinya. Namun, seperti kata Ira, sebuah keluarga tidak akan bisa digantikan oleh keluarga lain, karena keluarga yang telah Tuhan kirimkan adalah yang terbaik untukmu.