Keluarga itu tempat
dimana aku merasa nyaman, terlindungi, dan menjadi salah satu bagian penting
darinya (Avita, 2015).
Keluarga adalah rumah,
dimana aku selalu merasa terlindungi, hangat dan nyaman (Safitri, 2015).
Family is where we are
belongs to.. where we can find the answer of every problems that happen in our
life.. where we can share every little thing, every moments, all the happiness,
the sadness, and anything.. If we try to replace our family with other family,
we could never find the correct one like our family (Ira, 2015).
Keluarga adalah tempat
dimana kita merasa nyaman dan merasa tak ada beban apapun (Dede, 2015).
Beberapa
hari yang lalu, aku banyak sekali belajar dari orang-orang di sekitarku.
Sungguh moment yang pas sekali, ketika kemarin aku mengeluh dengan keadaanku,
kini aku bisa mengingat dengan jelas untuk siapa aku berjuang. Untuk
keluargaku. Untuk Bapak Ibukku.
Keluargaku
bukanlah keluarga kaya. Tapi aku juga tidak pernah merasa kurang mampu. Lebih
tepatnya keluargaku adalah keluarga yang sederhana, dan hal itu adalah satu hal
yang sangat kusyukuri saat ini. Karena jika kau berasal dari keluarga
sederhana, maka kamu tidak akan bisa menyombongkan hartamu. Tapi kamu bisa
melihat orang-orang yang lebih darimu sebagai motivasi, dan orang-orang di
bawahmu agar kamu senantiasa bersyukur.
Best fam is the best |
Sebelumnya,
ijinkan aku bercerita sedikit tentang diriku...
Aku
adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Bisa dibilang, aku adalah harapan
dari kedua orang tuaku. Aku selalu berpikir untuk melakukan yang terbaik agar
bisa dibanggakan oleh kedua orang tuaku. Dan hidupku cukup berjalan mulus
ketika aku masih duduk di sekolah dasar, dimana aku selalu dapat rangking
paling tidak sepuluh besar, dan puncaknya ketika nilai UN-ku menjadi yang
terbaik se-kecamatan.
Sayangnya,
aku kurang berkembang saat SMP. Aku memang masih bertahan dengan rangkingku,
namun entah mengapa aku merasa prestasiku hanya di situ-situ saja, dan sampai
akhir pun, hanya nilai 10 di UN matematika ku yang cukup membanggakan kedua
orang tuaku.
Begitu
juga di SMA, aku masih menjadi orang study-oriented
yang mengejar rangking, demi membanggakan kedua orang tuaku. Dan bahkan
prestasiku lebih baik, aku selalu masuk tiga besar di kelas. Nilai rata-rataku
yang diajukan untuk mengikuti seleksi SNMPTN Undangan adalah no 3 terbaik di
sekolahku. Namun ternyata dari situlah semua perhitungan mulusku meleset satu
demi satu.
Dengan
salah satu nilai terbaik di sekolahku, aku dengan penuh percaya diri memilih
jurusan terbaik di salah satu universitas terbaik di Indonesia pula, FKUI.
Memang banyak yang berpikir mimpiku ketinggian, tapi aku tidak pernah peduli.
Menjadi dokter adalah impian kedua orang tuaku, yang telah melebur jadi mimpiku
juga, dan orang tuaku pasti akan sangat bangga jika aku bisa memakai jaket
kuning dengan emblem hijau itu. Tapi ternyata Tuhan memang berkata lain,
mimpiku memang ketinggian. Dan satu mimpi gagal.
Lupakan
sejenak SNMPTN. Aku fokus persiapan UN. Aku masih pede aku akan jadi salah satu
lulusan terbaik. Minimal no 3 ga papalah, seperti nilai rata-rata raporku
selama 3 semester terakhir. Namaku harus dipanggil waktu acara perpisahan, agar
orang tuaku bisa bangga padaku. Sayangnya, lagi-lagi aku gagal. Nilaiku selisih
nol koma sekian dengan temanku yang menjadi 3 besar lulusan terbaik. Lagi-lagi,
satu mimpiku gagal.
Baiklah,
tidak apa-apa. Masih ada SNMPTN tulis. Setidaknya aku masih bisa jadi dokter,
masih ada kesempatan. Aku memang tidak pernah mengikuti les-les atau kursus apapun,
karena aku tidak mau merepotkan orang tuaku. Aku lebih memilih belajar sendiri,
mendownload soal-soal dari internet, mencari sumber-sumber bacaan gratis. Dan
aku pun memilih FK UGM di pilihan pertama dan FKH UGM di pilihan kedua.
Sayangnya, jalanku memang bukan jadi dokter umum, karena aku diterima di
pilihan kedua, yaitu FKH UGM.
Saat
itu adalah salah satu titik terendah yang aku rasakan. Aku gagal menjadi
dokter, sebuah profesi prestigious yang aku impikan. Sebuah mimpi yang jika
terkabul, pasti akan membuat kedua orang tuaku tersenyum lebar kepadaku. Salah
satu hal yang tidak akan pernah kulupakan dan selalu membuatku tersenyum jika
mengingatnya.
Aku
tidak menyesal masuk di FKH UGM. Aku bertemu Dede, Avita, Fifi, dan Ira di
sini. Aku bertemu PSDM dan HSTP di sini. Aku bertemu Kesmavet di sini. Aku
banyak bertemu orang-orang luar biasa di sini. Lihatlah Pak, Buk, mungkin
memang di sinilah jalanku. Anakmu ini bisa berkembang di sini, yang mungkin
tidak akan terjadi seandainya aku masuk di Fakultas Kedokteran. Aku janji,
suatu hari aku pasti tetap bisa membuat kalian tersenyum padaku walaupun tidak
sebagai seorang dokter umum.
Aku
sering menyusahkan kedua orang tuaku. Seperti satu tahun lalu, ketika aku
menghilangkan sepeda motor di kampus. Aku masih ingat sekali ketika aku pulang
ke rumah dengan tatapan kosong karena tidak mampu bicara apa-apa. Aku siap
dimarahi. Toh, kata orang marah orang tua itu karena sayang kan? Tapi ternyata
tidak, kalian tidak memarahiku. Kalian berikan nasihat-nasihat terbaik untukku.
Mungkin itu adalah salah satu hal terbaik yang kalian miliki. Kalian jarang
marah, kalian selalu berusaha mendidik kami, anak-anakmu, dengan cara yang
lembut. Dan mungkin karena itulah, kami bisa menjadi anak-anak yang sangat
penurut.
Wanita-wanita tangguh |
Hei
Pak, Buk, aku tahu kalian hanyalah petani lulusan SMA. Aku ingat dulu aku malu
jika harus bercerita tentang kalian. Sungguh aku merasa berdosa jika
mengingatnya. Seharusnya aku selalu ingat, dengan keterbatasan kalian selalu
berjuang agar kami anak-anakmu bisa jadi orang yang lebih baik dari kalian. Seharusnya
aku selalu ingat, kalian tidak pernah mengeluh membiayai kuliah, kost, dan uang
saku bulananku. Seharusnya aku selalu ingat, bahwa aku ingin berjuang demi
kalian yang memperjuangkanku...
Ah,
mungkin uang sakuku tidak sebanyak teman-temanku. Mungkin kost-anku tidak
semewah teman-temanku. Tapi justru karena itulah aku jadi bisa belajar lebih
mandiri. Mungkin aku memang belum bisa membayar uang kuliahku sendiri, tapi aku
sudah sedikit mampu membeli barang-barang kebutuhanku dengan uang beasiswaku.
Mungkin IPK-ku jauh dari sempurna, tapi setidaknya itu adalah hasil
perjuanganku sendiri. Mungkin aku memang anak petani sederhana di sebuah
kampung di Magelang, tapi aku akan menunjukkan bahwa aku bisa kuliah di UGM
dengan prestasi yang cukup baik. Karena aku sudah berjanji, bahwa aku tidak
ingin mengecewakan kalian lagi.
Bapak, Pras, Nuha, Ibu |
Malam
ini aku sangat bersyukur. Keluargaku adalah tempat yang hangat dan nyaman, yang
selalu kurindukan suasananya. Keluargaku adalah keluarga sederhana, yang selalu
punya waktu untuk berkumpul bersama. Keluargaku adalah salah satu hal terbaik
yang hadir dalam hidupku.
Aku
tidak pernah bisa memilih terlahir dari rahim siapa. Aku tidak bisa memilih
orang tuaku siapa. Tapi malam ini aku menyadari, bahwa keluargaku adalah
keluarga yang sempurna untuk Nuha Fairusya.
Aku
telah mendengar banyak kisah keluarga dari teman-temanku, dari yang memilukan
hingga yang membahagiakan. Aku tidak akan menceritakan kisah mereka, karena aku
tidak punya hak untuk itu. Yang kutahu, ada bermacam-macam definisi keluarga di
dunia ini, yang mempunyai kisah yang berbeda-beda. Setiap keluarga mempunyai
alurnya sendiri-sendiri, yang selalu bisa membuat kita banyak belajar darinya.
Namun, seperti kata Ira, sebuah keluarga tidak akan bisa digantikan oleh
keluarga lain, karena keluarga yang telah Tuhan kirimkan adalah yang terbaik
untukmu.
0 komentar:
Post a Comment