Untuk Bapak Ibukku, yang Namanya selalu Kusebut di Penghujung Sujudku

Friday, April 3, 2015

Keluarga itu tempat dimana aku merasa nyaman, terlindungi, dan menjadi salah satu bagian penting darinya (Avita, 2015).
Keluarga adalah rumah, dimana aku selalu merasa terlindungi, hangat dan nyaman (Safitri, 2015).
Family is where we are belongs to.. where we can find the answer of every problems that happen in our life.. where we can share every little thing, every moments, all the happiness, the sadness, and anything.. If we try to replace our family with other family, we could never find the correct one like our family (Ira, 2015).
Keluarga adalah tempat dimana kita merasa nyaman dan merasa tak ada beban apapun (Dede, 2015).
 
Foto keluarga dadakan demi PPSMB

Beberapa hari yang lalu, aku banyak sekali belajar dari orang-orang di sekitarku. Sungguh moment yang pas sekali, ketika kemarin aku mengeluh dengan keadaanku, kini aku bisa mengingat dengan jelas untuk siapa aku berjuang. Untuk keluargaku. Untuk Bapak Ibukku.
Keluargaku bukanlah keluarga kaya. Tapi aku juga tidak pernah merasa kurang mampu. Lebih tepatnya keluargaku adalah keluarga yang sederhana, dan hal itu adalah satu hal yang sangat kusyukuri saat ini. Karena jika kau berasal dari keluarga sederhana, maka kamu tidak akan bisa menyombongkan hartamu. Tapi kamu bisa melihat orang-orang yang lebih darimu sebagai motivasi, dan orang-orang di bawahmu agar kamu senantiasa bersyukur.
Best fam is the best

Sebelumnya, ijinkan aku bercerita sedikit tentang diriku...
Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Bisa dibilang, aku adalah harapan dari kedua orang tuaku. Aku selalu berpikir untuk melakukan yang terbaik agar bisa dibanggakan oleh kedua orang tuaku. Dan hidupku cukup berjalan mulus ketika aku masih duduk di sekolah dasar, dimana aku selalu dapat rangking paling tidak sepuluh besar, dan puncaknya ketika nilai UN-ku menjadi yang terbaik se-kecamatan.
Sayangnya, aku kurang berkembang saat SMP. Aku memang masih bertahan dengan rangkingku, namun entah mengapa aku merasa prestasiku hanya di situ-situ saja, dan sampai akhir pun, hanya nilai 10 di UN matematika ku yang cukup membanggakan kedua orang tuaku.
Begitu juga di SMA, aku masih menjadi orang study-oriented yang mengejar rangking, demi membanggakan kedua orang tuaku. Dan bahkan prestasiku lebih baik, aku selalu masuk tiga besar di kelas. Nilai rata-rataku yang diajukan untuk mengikuti seleksi SNMPTN Undangan adalah no 3 terbaik di sekolahku. Namun ternyata dari situlah semua perhitungan mulusku meleset satu demi satu.
Dengan salah satu nilai terbaik di sekolahku, aku dengan penuh percaya diri memilih jurusan terbaik di salah satu universitas terbaik di Indonesia pula, FKUI. Memang banyak yang berpikir mimpiku ketinggian, tapi aku tidak pernah peduli. Menjadi dokter adalah impian kedua orang tuaku, yang telah melebur jadi mimpiku juga, dan orang tuaku pasti akan sangat bangga jika aku bisa memakai jaket kuning dengan emblem hijau itu. Tapi ternyata Tuhan memang berkata lain, mimpiku memang ketinggian. Dan satu mimpi gagal.
Lupakan sejenak SNMPTN. Aku fokus persiapan UN. Aku masih pede aku akan jadi salah satu lulusan terbaik. Minimal no 3 ga papalah, seperti nilai rata-rata raporku selama 3 semester terakhir. Namaku harus dipanggil waktu acara perpisahan, agar orang tuaku bisa bangga padaku. Sayangnya, lagi-lagi aku gagal. Nilaiku selisih nol koma sekian dengan temanku yang menjadi 3 besar lulusan terbaik. Lagi-lagi, satu mimpiku gagal.
Baiklah, tidak apa-apa. Masih ada SNMPTN tulis. Setidaknya aku masih bisa jadi dokter, masih ada kesempatan. Aku memang tidak pernah mengikuti les-les atau kursus apapun, karena aku tidak mau merepotkan orang tuaku. Aku lebih memilih belajar sendiri, mendownload soal-soal dari internet, mencari sumber-sumber bacaan gratis. Dan aku pun memilih FK UGM di pilihan pertama dan FKH UGM di pilihan kedua. Sayangnya, jalanku memang bukan jadi dokter umum, karena aku diterima di pilihan kedua, yaitu FKH UGM.
Saat itu adalah salah satu titik terendah yang aku rasakan. Aku gagal menjadi dokter, sebuah profesi prestigious yang aku impikan. Sebuah mimpi yang jika terkabul, pasti akan membuat kedua orang tuaku tersenyum lebar kepadaku. Salah satu hal yang tidak akan pernah kulupakan dan selalu membuatku tersenyum jika mengingatnya.
Aku tidak menyesal masuk di FKH UGM. Aku bertemu Dede, Avita, Fifi, dan Ira di sini. Aku bertemu PSDM dan HSTP di sini. Aku bertemu Kesmavet di sini. Aku banyak bertemu orang-orang luar biasa di sini. Lihatlah Pak, Buk, mungkin memang di sinilah jalanku. Anakmu ini bisa berkembang di sini, yang mungkin tidak akan terjadi seandainya aku masuk di Fakultas Kedokteran. Aku janji, suatu hari aku pasti tetap bisa membuat kalian tersenyum padaku walaupun tidak sebagai seorang dokter umum.
 
Suatu hari aku akan membuat kalian bangga :)
Aku sering menyusahkan kedua orang tuaku. Seperti satu tahun lalu, ketika aku menghilangkan sepeda motor di kampus. Aku masih ingat sekali ketika aku pulang ke rumah dengan tatapan kosong karena tidak mampu bicara apa-apa. Aku siap dimarahi. Toh, kata orang marah orang tua itu karena sayang kan? Tapi ternyata tidak, kalian tidak memarahiku. Kalian berikan nasihat-nasihat terbaik untukku. Mungkin itu adalah salah satu hal terbaik yang kalian miliki. Kalian jarang marah, kalian selalu berusaha mendidik kami, anak-anakmu, dengan cara yang lembut. Dan mungkin karena itulah, kami bisa menjadi anak-anak yang sangat penurut.
Wanita-wanita tangguh
Hei Pak, Buk, aku tahu kalian hanyalah petani lulusan SMA. Aku ingat dulu aku malu jika harus bercerita tentang kalian. Sungguh aku merasa berdosa jika mengingatnya. Seharusnya aku selalu ingat, dengan keterbatasan kalian selalu berjuang agar kami anak-anakmu bisa jadi orang yang lebih baik dari kalian. Seharusnya aku selalu ingat, kalian tidak pernah mengeluh membiayai kuliah, kost, dan uang saku bulananku. Seharusnya aku selalu ingat, bahwa aku ingin berjuang demi kalian yang memperjuangkanku...
Ah, mungkin uang sakuku tidak sebanyak teman-temanku. Mungkin kost-anku tidak semewah teman-temanku. Tapi justru karena itulah aku jadi bisa belajar lebih mandiri. Mungkin aku memang belum bisa membayar uang kuliahku sendiri, tapi aku sudah sedikit mampu membeli barang-barang kebutuhanku dengan uang beasiswaku. Mungkin IPK-ku jauh dari sempurna, tapi setidaknya itu adalah hasil perjuanganku sendiri. Mungkin aku memang anak petani sederhana di sebuah kampung di Magelang, tapi aku akan menunjukkan bahwa aku bisa kuliah di UGM dengan prestasi yang cukup baik. Karena aku sudah berjanji, bahwa aku tidak ingin mengecewakan kalian lagi.
Bapak, Pras, Nuha, Ibu
Malam ini aku sangat bersyukur. Keluargaku adalah tempat yang hangat dan nyaman, yang selalu kurindukan suasananya. Keluargaku adalah keluarga sederhana, yang selalu punya waktu untuk berkumpul bersama. Keluargaku adalah salah satu hal terbaik yang hadir dalam hidupku.
Aku tidak pernah bisa memilih terlahir dari rahim siapa. Aku tidak bisa memilih orang tuaku siapa. Tapi malam ini aku menyadari, bahwa keluargaku adalah keluarga yang sempurna untuk Nuha Fairusya.
Aku telah mendengar banyak kisah keluarga dari teman-temanku, dari yang memilukan hingga yang membahagiakan. Aku tidak akan menceritakan kisah mereka, karena aku tidak punya hak untuk itu. Yang kutahu, ada bermacam-macam definisi keluarga di dunia ini, yang mempunyai kisah yang berbeda-beda. Setiap keluarga mempunyai alurnya sendiri-sendiri, yang selalu bisa membuat kita banyak belajar darinya. Namun, seperti kata Ira, sebuah keluarga tidak akan bisa digantikan oleh keluarga lain, karena keluarga yang telah Tuhan kirimkan adalah yang terbaik untukmu.

0 komentar:

Post a Comment