Untukmu yang akan Memimpin Perjalanan Selanjutnya, Kami Titipkan Mimpi-Mimpi Besar ini

Saturday, February 21, 2015

PH HSTP 2014

Tak terasa sudah satu tahun saya menjadi bagian dari salah satu UKM yang ada di FKH UGM, yaitu Himpunan Studi Ternak Produktif atau biasa disingkat HSTP. Saya masih ingat ketika mbak Dini mengirimkan SMS yang berisi, “Apakah benar ini Nuha Fairusya?” Saya yang mengira itu mungkin hanya SMS dari teman lama, atau mungkin seorang kenalan yang iseng, tidak begitu tertarik terhadapnya. Sampai akhirnya SMS itu berujung kepada sebuah pertanyaan saya lupa tepatnya, tapi intinya “Apakah saya bersedia menjadi staff PSDM HSTP?” Sungguh, itu mungkin adalah sebuah awal yang merubah hidup saya 180 derajat.
Beberapa tahun lalu, ketika saya masih menjadi anggota divisi aquatik, tidak pernah ada yang melihat saya. Saya bukanlah orang yang akan diingat namanya oleh kakak-kakak pengurus. Saya bukanlah orang yang menarik, yang bakal dilirik untuk menjadi ketua acara, atau koordinator sie. Jangankan ketua acara atau koord, barangkali saya dimasukkan panitia saja mungkin hanya sebagai pelengkap. Saya selalu memilih duduk di tempat yang tersembunyi, sehingga tidak perlu ada yang peduli dengan kehadiran saya. Yang penting ‘ngetok’.
Sejujurnya, saya tidak pernah tahu mengapa saya bisa direkomendasikan menjadi staff PSDM. Saya tidak terkenal. Saya tidak pernah melakukan hal yang luar biasa. Dan, kalau memang saya direkomendasikan, mengapa mbak Dini setuju saja? Dia belum mengenal saya dengan baik dan saya sendiri juga ga tau mbak Dini yang mana. Mengapa mbak memilih ‘mau’ bekerja dengan orang yang bahkan mbak sendiri mungkin ga yakin? Ah, sudahlah, barangkali saya tidak akan pernah tahu, yang saya tahu, saya bersyukur mbak memilih saya, bocah yang bahkan saat ditunjuk jadi ketua Procamp Alpha cuma bisa bengong dan berkata, “memangnya staff PSDM termuda harus jadi ketua procamp?” Tapi, saya tidak akan menceritakan perjalanan saya di HSTP pada tulisan ini, karena itu akan panjang sekali. Barang kali saya akan menceritakannya di lain waktu. Lagi pula saya capek habis mengurus acara workshop yang cukup besar, sebagai koordinator sie acara.
Satu tahun. Tidak terasa besok, 22 Februari 2015, sudah Musyawarah Terbuka Anggota (MTA) HSTP, yang menandakan kepengurusan tahun ini akan segera berakhir. Kepengurusan selanjutnya akan dilanjutkan oleh generasi yang baru, dan tentunya pemimpin yang baru. Tulisan ini, saya tujukan pada mereka-mereka yang akan mengemban amanah itu. Roda-roda aus HSTP memerlukan roda baru, yang bisa membawa UKM ini ke perjalanan selanjutnya. Perjalanan jauh, perjalanan yang berat.
Kau, yang akan mengemban amanah itu, masihkah kamu ingat saat procamp gamma, kamu diminta membuat kelompok lalu diminta membuat ‘HSTP Future’? Dan kamu mungkin salah satu yang memberi ide tentang mimpi-mimpi itu. Membuat peternakan sendiri milik HSTP, Go International, dan lain-lain. Mimpi-mimpi besar, tapi tidak mustahil untuk bisa dicapai. Akankah kamu yang menjadi pemimpin selanjutnya siap melanjutkan perjuangan untuk meraih mimpi itu? Ah, ya, saya sangat tahu mimpi-mimpi besar itu tidak mungkin diraih dalam satu atau dua tahun. Bahkan mungkin sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Tidak apa-apa kawan, kami tidak memintamu mendaki gunung itu hari ini juga. Tapi kamu bisa memulai dengan merencanakan waktu pendakian dan mencari tahu tentang gunung yang akan kau daki. Ketika waktumu habis, berikan barang-barang itu pada generasi selanjutnya, biar mereka yang menyiapkan jaket, sleeping bag, dan segala hal yang dibutuhkan untuk mencapai puncak. Generasi selanjutnya akan mulai mendaki beberapa langkah, seterusnya hingga mencapai puncak. Mungkin kita sama-sama tidak akan merasakan kejayaan itu, tapi kita tahu, kita adalah bagian dari perjalanan itu, kita adalah bagian dari bendera yang berkibar di puncak gunung itu. Saat ini, barangkali  perjalanan ini baru direncanakan, karena itu, siapkah kamu untuk menyiapkan peralatan yang dibutuhkan?
Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. HSTP adalah keluarga saya. Saya bertemu dengan orang yang sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri, saya bertemu dengan orang-orang yang sangat menyenangkan di PSDM, saya bekerja dengan orang-orang yang bisa saya percayai sepenuhnya, saya selalu bahagia ketika bersama HSTP. Saya harap, mereka yang akan menjadi bagian dari HSTP juga bisa merasakan hal yang sama. Oleh karena itu, saya harap, HSTP tetap akan menjadi keluarga, dan tidak berkurang sedikit pun rasa kekeluargaan itu.
Ah, bukankah saya terlalu cerewet? Toh saya bukan siapa-siapa. Da aku mah apa atuh cuma selingkuhan kamuh. Saya bahkan mungkin tidak akan sanggup berbicara seperti ini di kehidupan nyata. Saya cuma bisa sedikit menulis.
Saya berjanji akan menghormati kamu yang akan menjadi pemimpin selanjutnya. Saya tahu kamu tidak sempurna, tapi itu tidak masalah, karena kamu akan selalu punya keluarga yang siap untuk menutupi kekuranganmu. Dan bersama-sama  melanjutkan perjalanan panjang ini. Karena itu, kami titipkan mimpi-mimpi besar ini kepadamu.

Pengen Kurus, Nggak Makan Lemak? Pikir Lagi Deh!

Tuesday, February 17, 2015

Apakah kamu termasuk orang yang memperhatikan konsumsi makananmu sehari-hari? Tentunya dengan berbagai macam jenis diet yang ada saat ini cukup membuatmu bingung, manakah diet yang paling tepat? Sebenarnya jenis makanan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita?
Sebagai contoh antara lain adalah lemak. Selama bertahun-tahun lemak dianggap sebagai monster jahat dan akar yang menyebabkan kolesterol tinggi, penyakit jantung dan obesitas. Namun studi baru-baru ini menyebutkan ternyata ada banyak manfaat dari makan makanan berlemak, sehingga kita harus berpikir kembali untuk menambahkan sumber lemak sebagai sumber nutrisi yang penting bagi tubuh kita.
Makanan berlemak via http://blog.yourbestfatburner.com
Dr. David Perlmutter menyebutkan bahwa leluhur kita memiliki diet yang terdiri dari 75% lemak, 20% protein dan 5% karbohidrat, dibandingkan dengan diet kita saat ini yang terdiri dari 60% karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak. Dr. David Perlmutter menjelaskan bahwa berbagai masalah kesehatan yang ada saat ini, seperti Alzheimer, ADHD, depresi, dan sakit kepala kronis berhubungan dengan inflamasi dalam tubuh dan otak yang dipicu oleh karbohidrat.
Studi lain menyebutkan bahwa obesitas, yang kasusnya meningkat selama 50 tahun terakhir, bukan disebabkan karena kita mengonsumsi terlalu banyak lemak namun karena konsumsi karbohidrat dan gula, termasuk glukosa yang berasal dari buah dan jus. Glukosa yang berlebih akan dikonversi dan disimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh.

“If the world had never invented cigarettes, lung cancer would be rare disease. Likewise, if we did not eat such high carb diets, obesity would be a rare condition.” 

–Gary Taubes

Oleh karena itu, kita harus berhenti menyalahkan lemak, karena fakta yang ada justru bertolak belakang dengan apa yang kita pikirkan selama ini.

1.        Lemak berperan penting untuk kesehatan otak

Otak=60% lemak via http://www.foodforthebrain.org
Apakah kamu tahu bahwa 60% jaringan otak tersusun atas lemak? Diet yang terdiri dari lemak yang rendah justru akan mengganggu fungsi otak sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Lemak yang kita bicarakan di sini bukan hanya asam lemak esensial dan omega 3 (yang banyak ditemukan pada ikan salmon, alpukat, dan kacang), namun juga lemak jenuh yang selama ini ‘katanya’ harus kita jauhi, termasuk lemak hewani.
Vitamin-vitamin esensial seperti A, D, E dan K tidak larut air dan memerlukan lemak untuk dapat ditransportasikan dan diabsorbsi oleh tubuh. Vitamin tersebut sangat krusial untuk kesehatan otak dan berbagai organ vital lainnya.
Vitamin D pada saat ini dihubungkan sebagai elemen penting yang mengurangi kerentanan terhadap Alzheimer, Parkinson, depresi dan berbagai gangguan kerja otak, sedangkan omega 3 berperan untuk menajamkan fungsi kognitif termasuk untuk meningkatkan mood.

2.        Lemak membantu paru-paru bekerja dengan baik

Paru-paru dibungkus oleh pleura yang merupakan membran via http://3.bp.blogspot.com
Paru-paru kita diselubungi oleh substansi yang terdiri dari hampir seluruhnya adalah lemak jenuh. Sebagai contoh bayi prematur yang kekurangan substansi ini akan diberi obat yang bernama “surfaktan” untuk menjaga fungsi paru-parunya. Bahkan studi saat ini sedang mencari tahu hubungan antara konsumsi lemak yang rendah dan asthma yang menyebabkan penghancuran lapisan berlemak tersebut.

3.        Lemak meningkatkan sistem imun

White blood cell via http://whiteredbloodcells.com
Dr. Michael dan Dr. Mary Eades dalam bukunya yang berjudul Good Calories, Bad Calories menuliskan tentang lemak jenuh yang ditemukan pada mentega dan minyak kelapa berperan dalam kesehatan imun, serta menyatakan bahwa kekurangan asam lemak jenuh di dalam sel darah putih menghambat kempampuan mereka untuk mengenali dan menghancurkan benda asing, seperti virus, bakteri, dan fungi.

4.        Lemak menjaga organ terbesarmu tetap sehat

Membran sel, yang salah satu penyusunnya adalah lipid atau lemak via http://mappingignorance.org
Lemak merupakan bagian terbesar dari membran sel dan kulit kita terdiri atas sel yang jumlahnya sangat banyak. Tanpa konsumsi lemak yang cukup, kulit kita akan menjadi kering dan kasar, yang juga dapat mempermudah terjadinya infeksi.

5.        Lemak baik untuk jantungmu

Jantung manusia via http://www.wdpcalex.com
Banyak studi telah dilakukan untuk mengetahui manfaat mengonsumsi lemak jenuh, yang selama ini dianggap tidak baik untuk tubuh. Sebuah studi yang berfokus pada populasi di Kepulauan Pasifik yang mengonsumsi lebih dari 60% dari total diet mereka dalam bentuk minyak kelapa menunjukkan tidak adanya insiden penyakit jantung di wilayah tersebut.
Selain itu, lemak juga menghasilkan energi kalori dua kali lipat dibandingkan karbohidrat- 9 kalori per gram banding 4 kalori per gram. Jadi, tidak hanya dapat menjaga energimu dalam waktu yang lebih lama, lemak juga akan membuatmu makan lebih sedikit karena membuat cepat kenyang.
Namun ingat, jauhi lemak-trans. Dialah monster jahat yang sesungguhnya yang dibuat dengan menambahkan atom hidrogen pada lemak jenuh selama proses pemanasan. Lemak tersebut tidak dapat digunakan dan hanya akan membuat makanan buruk dapat bertahan lebih lama di dalam lemari.
Nah, sekarang jangan ragu lagi untuk memakan makanan berlemak ya, asal tetap memperhatikan sumbernya :)

Artikel ini diadaptasi dari Lifehack, tulisan aslinya dapat dibaca di sini.

[Cerpen] Biarlah Tuhan yang Menyampaikan

Saturday, February 14, 2015

Hari-hari yang berlalu terasa berbeda. Tidak ada sarapan pagi dengan ikan goreng buatan ibu yang diiringi candaan ayah. Tidak ada sore yang indah di alun-alun kota, berkumpul bersama keluarga sambil menikmati jagung bakar dan segelas es teh. Kami tidak lagi jalan-jalan setiap minggu pagi. Yang ada hanya hari-hari yang sepi. Sejak ayah dipanggil Tuhan empat bulan yang lalu.
Tok tok tok!
Tiga kali ketukan pada pintu kamar. Aku terbangun, setengah sadar, melirik jam di dinding, pukul 05.30 pagi. Kemudian mata kualihkan ke smartphoneku, menilik apakah ada pesan bbm atau line.
“Kamu sudah bangun, Dy?” tanpa kusadari, ibu sudah di depan pintu, kemudian masuk kamar dan membuka jendela.
“Iya bu, sebentar, biar nyawanya ngumpul dulu,” aku mengerjap-ngerjap, berusaha membiasakan mataku di ruangan yang tiba-tiba jadi terang.
“Sarapan sudah siap..”
“Ibu sudah makan?” tanyaku.
Ibu tersenyum, kemudian menjawab, “Sudah. Ibu mau berangkat kerja, kamu kan tau kantor ibu jauh. Kamu jangan tidur lagi ya, jangan lupa sholat shubuh.”
Aku menganguk. Setelah itu ibu keluar dari kamarku. Aku menatapnya hingga bayangannya menghilang.
“Yaahh, sarapan sendiri lagi deh,” batinku.
***
“Mending kamu cari pacar aja, Dy,” goda Tito.
Aku menoleh, menutup majalah yang kubaca.
“Apa hubungannya ga ada temen sarapan sama cari pacar?” tanyaku lugu. Aku baru saja bercerita tentang keluargaku pada Tito, sahabatku, ketika kami bertemu di perpustakaan kampus. Kami memang jarang bertemu sejak dia sibuk menjadi asisten dosen.
“Kan katanya kamu kesepian bro, jadi mending kamu cari pacar, biar ada yang nemenin kalau mau pergi jalan-jalan gitu. Gue sebenernya mau aja nemenin lo, cuma kan emang gue sibuk akhir-akhir ini,” kata Tito dengan wajah sok seriusnya.
“Haha sialan lo, emang siapa juga yang mau ditemin sama lo mulu,” jawabku geli, “tapi gimana yah, gue masih belum pengen pacaran, gue masih punya banyak mimpi-mimpi yang mesti gue perjuangin daripada sekedar pacar,” lanjutku.
“Gileeee, sok puitis luuuu....” Tito menepuk bahuku, aku tersenyum geli.
“Entahlah, mungkin gue emang kesepian. Gue juga sering sedih kalo liat ibuk, kayaknya beliau jadi jarang senyum..”
“Ibu lo itu belum bisa move on, Dy, namanya juga ditinggal pasangan hidup selama-lamanya. Semua itu butuh waktu. Lo sebagai anak harusnya bisa ngertiin. Gue rasa lo yang paling tau apa yang harus lo lakuin, Dy.”
“Gue? Gue mesti ngapain? Kalo gue tau mah udah gue lakuin dari dulu, To,” tanyaku tidak mengerti.
Tito hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaanku. “Kan udah gue bilang lo yang paling tau,” kemudian Tito melirik arlojinya, “Gue pergi dulu ya, gue ada tugas dari dosen, ntar gue main tempat lo kalo ada waktu,” sambungnya.
“Sok sibuk lo,” kataku kesal, kemudian melanjutkan membaca majalah yang sejak tadi kupegang, sementara Tito berjalan keluar dari perpustakaan.
***
Aku membuka pintu kamarku, melemparkan tas kemudian merebahkan diri di atas kasur. Mencoba memejamkan mata sejenak, namun tidak bisa. Panas. Aku berdiri, kemudian membuka jendela kamar, membiarkan angin sejuk menerobos masuk ke kamar. Kemudian kurebahkan lagi tubuhku, menghadap ke jendela, sehingga dapat kulihat jelas langit yang jingga di atas sana. Sore yang indah.
Mungkin Tito benar, selama ini aku selalu mengeluh merasa kesepian sejak ayah meninggal, dan aku tanpa sadar menyalahkan ibu, satu-satunya keluarga yang masih kumiliki. Aku selalu berharap ibu dapat menggantikan peran ayah, tanpa meninggalkan perannya sebagai ibu. Aku selalu berharap semua momen indah dulu dapat kujalani meski tanpa ayah, dan aku berpikir ibulah yang harus melakukannya. Aku berharap tidak ada yang berubah, padahal aku tahu tidak akan ada yang sama lagi. Selama ini aku membiarkan ibu berjuang sendirian...
Ibu harus bekerja untuk membiayai kuliahku, yang selama ini menjadi tugas ayahku. Ibu selalu berusaha tetap menjadi seorang ibu, melakukan tugasnya, memasak, mencuci, walau kutahu ia sangat lelah. Ibu selalu menyempatkan diri menyapaku, sementara aku selalu berharap meminta waktu lebih darinya. Ibu selalu tersenyum di depanku, walau kutahu dia lebih kesepian dariku. Karena ia telah kehilangan partner, sahabat, sekaligus cintanya. Seharusnya aku tahu, ialah yang paling menderita.
Aku melirik jam di atas meja, pukul 16.00. Ibu selalu membelikan aku makan malam di perjalanan pulang kerja. Aku tersenyum, tiba-tiba terlintas sebuah ide. Aku mengambil smartphone dan mulai mengetik pesan.
‘Buk, ga usah beliin Ady makan ya, kita dinner bareng aja yuk di alun2 J
Baru saja aku akan menekan tombol ‘send’ tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Ibu.
Click!
“Assalamualaikum...”
“Wa’alaikumsalam, Dy, ini ibuk, kamu sudah pulang nak?”
“Sudah buk. Padahal Ady baru aja mau sms ibuk lho, hehe.”
“Sms apa nak? Gini, ibu mau minta maaf nanti baru pulang pas habis isya, Ady makan malam sendiri ya.”
“...”
“Halo Ady?”
“Ohh...iya buk...”
“Ady tadi mau sms apa?”
“Enggak kok buk, Ady cuma kangen aja. Ya udah ya buk, Ady cari makan dulu, wassalamu’alaikum...”
Click!
Perasaanku campur aduk. Aku melempar smartphoneku. Untungnya benda itu jatuh ke kasur. Aku memungut kembali, kemudian keluar dari kamar dan membanting pintunya cukup keras.
***
Aku menatap gundukan tanah di depanku. Bunga di atasnya tampak masih baru walau sudah agak layu, pasti ibu rajin mengunjunginya. Beberapa rumput liar mulai tumbuh di sekitarnya. Sebuah batu nisan dengan nama ayah terpasang di atasnya.
Keluargaku bukan keluarga kaya, namun kami selalu merasa berkecukupan. Ayah bekerja di sebuah perusahaan swasta di kotaku, sementara ibu yang mengurus rumah sekaligus aku dan ayahku. Kami adalah sebuah keluarga sederhana yang menyenangkan.
“Sejak ayah bergi, semua hari-hari Ady tidak lagi menyenangkan, yah...” kataku lirih, di depan makam ayah.
Mataku mulai berkaca-kaca. Sungguh, aku tidak cukup bodoh untuk menyalahkan ayah yang harus pergi terlebih dahulu. Aku yakin ayah juga tak menginginkannya, dan kecelakaan itu tidak bisa dihindari. Aku telah berhenti menyalahkan ibu, karena selama ini yang aku tahu dialah yang paling terluka dengan keadaan ini. Aku juga tidak menyalahkan Tuhan, karena kutahu jika aku melakukannya ayah pasti akan memarahiku habis-habisan. Tuhan selalu punya rencana yang indah, kata ayah. Aku hanya merasa sedih, kecewa, yang tidak tahu harus kuungkapkan pada siapa. Mungkin aku mulai membenci diriku sendiri.
***
Tempat ini begitu ramai. Para pengunjung banyak yang duduk lesehan, dengan berbagai macam makanan tersaji di depan mereka. Anak-anak berlarian kesana kemari, bermain gelembung sabun, atau sebuah mainan yang dapat terbang tinggi ketika diputar, yang aku tidak tahu namanya. Beginilah suasana alun-alun kota di sore hari.
Aku duduk di salah satu sudut alun-alun, sambil memperhatikan wajah-wajah gembira di depanku. Dari makam ayah tadi, aku memutuskan pergi ke tempat ini, karena aku tahu aku tidak akan bertemu ibu kalau pulang ke rumah, paling tidak sampai malam. Aku benci makan sendirian di rumah. Tito juga masih sibuk dengan urusan di laboratorium, sehingga tidak bisa menemaniku.
Kulirik jam di smartphone, sepuluh menit lagi adzan maghrib berkumandang. Aku berdiri, kemudian melangkahkan kakiku menuju masjid yang berada di sebelah barat alun-alun. Aku bingung mau makan apa, jadi kuputuskan untuk pergi ke masjid melaksanakan kewajibanku dulu. Mungkin karena langkahku yang terlalu cepat, sampai di masjid ternyata belum adzan. Aku memutuskan untuk duduk di salah satu sudut masjid tersebut.
“Sendirian aja mas?”
Aku menoleh. Seorang pemuda berpakaian agak lusuh dengan tas yang berukuran sedang yang sepertinya overload sudah duduk di sebelahku. Dia membuka tutup botol air mineral yang dipegangnya, kemudian meminum isinya.
Aku tersenyum. Menganguk.
“Masnya juga sendirian?” tanyaku basa-basi.
“Iya mas, saya musafir, seorang petualang,” katanya sambil tersenyum.
“Wah, traveler mas? Asik dong, saya juga punya mimpi keliling Indonesia sendirian.” Aku mulai tertarik dengan orang di sebelahku.
“Sendirian mas? Yakin? Sendiri itu ga asik loh..”
“Kan ntar ketemu banyak orang mas..”
Lelaki itu tersenyum. “Tapi akan tiba saat kamu merasa rindu pada keluarga dan teman-temanmu.”
“Entahlah mas, maaf kalau saya terkesan ngotot. Tapi saya sedang bosan dengan kehidupan saya. Monoton. Toh orang-orang di dekat saya sekarang terasa jauh,” kata-kata itu terlontar begitu saja. “Duh maaf ya mas saya malah curhat.”
Lelaki itu menggeleng, kemudian tersenyum dan menjadab, “tidak papa mas, saya selalu senang bertemu kawan baru, hmmm..”, lelaki itu nampak berpikir, kemudian melanjutkan, “dalam keadaan apapun, jangan pernah merasa sendiri mas, saya tau mas pasti punya teman dan sahabat yang bisa diajak berbagi...”
“Iya mas, tapi sahabat saya akhir-akhir ini sedang sibuk, tidak ada waktu untuk saya..”
“Kalau teman kamu pergi, kamu tetap masih punya keluarga...”
“Apalagi keluarga mas, saya sedang ada masalah..”
“Walau begitu, tetap jangan pernah merasa sendiri. Bahkan ketika teman maupun keluargamu pergi, kau akan selalu punya Allah, tuhanmu.”
Aku terdiam. Menghela nafas.
“Mungkin masnya benar. Tapi sejujurnya saya rindu pada keluarga saya. Ibu saya. Hanya tak bisa mengungkapkan...”
Senyum lelaki itu melebar. “Mas, di dunia ini tidak semuanya bisa diungkapkan dengan sebuah kalimat. Ada hal-hal berharga yang justru tidak bisa diungkapkan dengan lisan. Saat itu, biarkan hati yang berbicara, tak terdengar memang, tapi Tuhan selalu bisa mendengarnya. Dan Tuhanlah yang akan menyampaikan. Itulah keajaiban sebuah doa. Sudah iqamat mas, mari sholat dulu.”
***
Bruummmm....
Aku mendengar bunyi sepeda motor yang masuk ke garasi, itu pasti ibu. Aku keluar dari kamar, kemudian kulihat ibu masuk.
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikum salam, buk...”
“Kenapa Dy? Tumben, kamu nungguin ibuk? Oya tadi Ady udah makan malam kan?”
“Sudah kok buk,” jawabku, “ibuk capek ga?”
“Kenapa Dy?”
“Kalau mau, Ady pengen ngajak ibuk jalan-jalan, ke alun-alun apa kemana gitu, tapi kalau ibuk ga capek sih...”
Ibu terdiam beberapa saat, kemudian menjawab, “tunggu bentar ya, ibuk mandi trus dandan yang cantik dulu, kan mau jalan-jalan sama anak ibuk yang ganteng.”
Aku tersenyum, menganguk.
Kau tahu apa yang kulakukan setelah bertemu orang aneh tadi? Bukan hal yang luar biasa, aku hanya mengambil air wudhu kemudian melaksanakan shalat maghrib. Kemudian di hadapan-Nya aku sampaikan sebuah doa,
Tuhan, aku sayang ibuku, ampunilah dosa-dosanya, ya Tuhan. Ringankanlah pekerjaannya. Kembalikan senyum cantiknya. Dan ijinkanlah hamba membuatnya bahagia...”
Bagiku hari-hari tanpa ayah memang berbeda, namun bukan yang terburuk. Karena dengan kepergian ayah, aku menyadari betapa aku menyanyangi ibuku, betapa aku membutuhkannya. Tuhan selalu punya rencana yang indah, kata ayah. Asal kau selalu percaya, dan doa-doa terbaik selalu kau sampaikan pada-Nya.
-end-

About Me

Thursday, February 12, 2015


Hi, my name is Nuha Fairusya. Currently I am a student at Faculty of Veterinary Medicine, Gadjah Mada University. I was born on 12th November 1994, so I am 20 years old now. I am the first daughter in my family, I have a brother and a sister. My hometown is at Magelang regency, which close to Borobudur temple. My hobbies are reading novels and comics, writing, and blogging. I also want to travel the world someday.

My first publicated writing is a short story titled “Lebih Luas, Lebih Besar, Lebih Dalam” as one of 25 best story on “SIZE” writing audition. Then I wrote 2 articles, “12 Alasan Mengapa Calon Dokter Hewan Bisa Jadi Pacar yang Sangat Membanggakan” and “Karena Cosplayer ingin Dimengerti, Saatnya Membuka Hati untuk Mereka!” which was publicated on Hipwee. And finally here I am, I made this blog to improve my writing skill.

I really apppreciate my blog’s readers, please leave your comment so I can know you better. You can comment and critize my writing too (but sorry they used Indonesian language, I will make the English version soon). And you can contact me through Facebook or Twitter. 
Last but not least, thank you for visiting my blog. Enjoy!