Terima Kasih Sahabat, untuk Senyum Hangat bahkan Setelah Aku Merendahkanmu

Tuesday, February 10, 2015

Tulisan ini sebenarnya berhubungan dengan postingan saya sebelumnya mengenai budaya telat orang Indonesia. Curhatan saya itu memang sedikit frontal, kontroversial dan sarat dengan sarkasme, ya walau sebenarnya ga frontal-frontal amat sih, tapi mungkin memang cukup mengejutkan kalau saya yang kalem dan halus aslinya ini berkata demikian di dunia nyata :p
Nah, sebelumnya saya ceritakan dulu mengapa saya menulis curhatan itu. Jadi sebenarnya tulisan itu terinspirasi oleh sahabat saya sendiri, yang memang dia orangnya suka telat kalau diajak janjian atau disuruh datang rapat. Dan saya sebagai sahabat yang suka ngutang baik hanya berusaha membuatkan sebuah tulisan kritikan dengan harapan semoga dapat sedikit memperbaiki sifat buruknya itu. Tapi ternyata saya malah jadi terlarut waktu menulisnya, menjadikan tulisan itu bersifat subyektif, dan saya terbawa emosi terutama pada obyek tulisan itu yaitu orang-orang yang suka telat. Hal itu dibuktikan dengan saya menyebut beberapa kata kasar seperti bodoh dan jijik untuk menggambarkan orang yang suka telat. Setelah itu saya share tulisan tersebut termasuk pada sahabat saya tanpa pikir panjang. Sahabat saya tersebut, sebut saja Vita, sebenarnya namanya memang Vita, menjadi sedikit tersindir karena merasa disebut sebagai orang bodoh. Saya sadar dan merasa bersalah karena telah tanpa sengaja menyebut teman saya tersebut bodoh, dan buru-buru minta maaf serta menghapus bagian bodoh pada postingan tersebut, menggantinya dengan kata yang lebih layak.
Sebuah sikap yang dewasa yang ditunjukkan oleh Vita, ketika saya tanpa sengaja merendahkan dia lewat tulisan saya, dia justru memberi senyum dan tetap bercanda dengan saya setelahnya. Walau sebenarnya hanya via Line dan saya tidak tahu bagaimana ekspresi dia sebenarnya. Entah dia marah, kecewa, kesal, tapi dengan dewasa dia tetap bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Untuk itu sekali lagi saya ucapkan maaf, dan terima kasih.
Vita cantik via https://www.facebook.com/avita.pradika
Tapi di sini sebenarnya saya akan melakukan pembelaan. Bukan, bukan berarti saya tidak tulus meminta maaf pada sahabat saya, tapi saya hanya ingin menjelaskan maksud saya yang mungkin ditangkap berbeda oleh orang lain yang membacanya.
Saya menyebut orang yang suka telat itu bodoh. Ya. Jangan lupa ada kata ‘suka’ sebelum kata telat, yang menandakan itu sebuah kebiasaan. Tidak masalah kalau hanya telat satu atau dua kali dengan alasan yang rasional. Tapi jika konteks yang kita bahas di sini adalah orang yang suka telat, bisa diartikan bahwa dia hampir selalu telat. Hal itu menunjukkan bahwa dia orang yang tidak mau mengubah kebiasaan buruknya, dan hanya orang bodoh yang ketika tahu punya kelemahan dia tidak berusaha memperbaikinya.
Saya menyebut orang yang tidak mau berubah itu bodoh. Ya. Tidak mau berubah. Berbeda dengan sedang berubah, yang artinya dia mau berubah tetapi mungkin sampai sekarang masih dalam proses sehingga masih sering telat, and I think that’s good, at least dia mau berubah. Sedangkan tidak mau berubah berarti tidak ada keinginan, tidak ada kemauan, dan berpikiran dangkal, yang menjadikan kita orang yang tidak maju-maju, dengan kata lain bodoh.
Untungnya kali ini saya menulis dengan santai, tidak seperti kemarin karena saya terbawa emosi, bukan emosi pada Vita lho, tetapi murni emosi pada orang-orang yang suka telat dan menjadikan itu sebagai trademark buruk orang Indonesia. Makanya kalau ga pengen dibilang bodoh berubah dong hehehe :p
Lalu, kalau memang kata bodoh pada tulisan kemarin itu tidak sengaja merendahkan teman saya, kenapa saya meminta maaf dan menghapusnya? Simpel saja. Because I value my relationship than my ego.

2 komentar:

  1. IP said...:

    nuha, aku wingi yo gek entes ono masalah karo konco, haha setuju dengan kata "Simpel saja. Because I value my relationship than my ego."

  1. Unknown said...:

    eh ada senior hahaha :D

Post a Comment